Varian asal Inggris B.1.1.7 telah menginfeksi total 209.492 orang. Varian B.1.351 asal Afrika Selatan 600 orang. Varian P.2 asal Brazil 59 orang. Dst. Data kasus positif global masih perlu ditambahkan.Â
![Sumber: gov.uk](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/04/16/20210416-001547-607878e5d541df727a69b372.jpg?t=o&v=555)
Paling jauh, yang kita dapat harapkan dari vaksinasi bukanlah penularan akan otomatis terhenti, melainkan penyakit Covid-19 dengan gejala berat, yang umumnya berakibat kematian, dapat dicegah atau dikurangi dengan signifikan. Syukur jika vaksin China Sinovac dan vaksin Oxford-AstraZeneca yang sedang digunakan di Indonesia dapat efektif seperti itu, minimal.
Pendistribusian yang tak adil
Patut dicatat, pandemi Covid-19 juga tak akan dapat cepat ditanggulangi jika vaksin-vaksin tidak didistribusikan dengan adil sedunia, tetapi dikuasai sejumlah kecil negara-negara terkaya dunia, khususnya Amerika dan Inggris.Â
Ketimbang memperjuangkan keadilan dalam pendistribusian vaksin-vaksin, dua negara kaya ini mengedepankan apa yang oleh Deutsche Welle dinamakan "nasionalisme vaksin".
Menurut data Bloomberg Vaccine Tracker, pada 8 April 2021 sejumlah 40% dari vaksin-vaksin Covid-19 yang sudah tersedia untuk digunakan dunia dikuasai 27 negara kaya yang merupakan 11% populasi dunia. Sedangkan negara-negara termiskin dunia, yakni sebesar 11% populasi dunia, baru mendapatkan dan menggunakan 1,6% vaksin-vaksin Covid-19.
Dengan kata lain, negara-negara yang memiliki pendapatan tertinggi di dunia menjalankan vaksinasi 25 kali lebih cepat dibandingkan yang dilakukan negara-negara yang berpenghasilan terendah.
Menurut WHO, saat ini ada 670 juta dosis vaksin-vaksin yang sudah diluncurkan dan digunakan dalam tingkat global. Menurut basis data Bloomberg, kini telah ada 781.496.115 juta dosis vaksin-vaksin yang telah dikirim dan sedang digunakan di 154 negara. Masalahnya, bagian terbesar dari vaksin-vaksin ini telah dijual ke negara-negara kaya dunia.
Menurut WHO, kasus-kasus positif terus meningkat lantaran vaksin-vaksin juga masih langka tersedia, dan kondisi ini berdampak paling buruk bagi negara-negara yang sedang berkembang yang tidak bisa menjalankan program vaksinasi bagi penduduk mereka. Pendistribusian vaksin-vaksin dengan adil tak dapat ditunda-tunda lagi. Tapi, pihak otoritas mana yang bisa menjadi sang wasit?
Manfaat vaksin-vaksin paling banyak diperoleh oleh negara-negara kaya yang memborong vaksin-vaksin. Inggris, misalnya, lewat program dan gerakan vaksinasi nasional telah berhasil mengurangi jumlah kematian karena Covid-19.Â