Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Ilmuwan - Science and culture observer

Seorang peneliti lintasilmu, terus berlayar, tak pernah tiba di tujuan, pelabuhan selalu samar terlihat, the ever-expanding sky is the limit.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bahasa Keagamaan dan Bahasa Keilmuan, Apa Bedanya?

2 Januari 2021   17:02 Diperbarui: 4 Januari 2021   17:05 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit @ Kan Srijira/saatchiart.com

Memang sains juga bergerak dalam dunia "hierarki atau jenjang-jenjang kepastian", dari jenjang teratas yang sudah sangat pasti, paling pasti, menengah pasti, kurang pasti hingga jenjang terbawah sangat kurang pasti.

Kalau sesuatu itu sudah tidak pasti atau sangat tidak pasti, atau yang kebenarannya sudah pasti tidak ada, ya sesuatu ini pasti dibuang ke tong sampah dalam dunia sains. Ada banyak loh sampah ilmu pengetahuan. Bertong-tong banyaknya.

Semua jenjang atau hierarki kepastian ini menunggu pembuktian, mulai dari jenjang terbawah (kurang pasti), naik ke jenjang di atasnya, terus sampai tiba pada jenjang teratas, jenjang "sudah sangat pasti", di saat bukti-bukti yang afirmatif kritis sudah lebih dari cukup terkumpul, dan teori-teori sederhana sudah cukup menjelaskan hubungan kausal bukti-bukti tersebut secara koheren.

Well, suatu teori di jenjang yang "sudah sangat pasti", yang membuat suatu teori disebut "teori besar" ("grand theory") yang "telah diterima" secara universal, dan menjadi bunda atau ayah acuan teori-teori lain, bukan teori yang definitif final.

Dalam dunia sains, tidak ada teori apapun, sepasti apapun, yang dipandang sudah definitif final. Kepastian suatu teori sains tidak terkait dengan finalitas definitif. Kepastian ilmiah selalu temporer, dan berkaitan dengan peringkat kemajuan iptek kita. Mengapa?

Ya, lantaran misteri-misteri alam empiris yang dapat, sejauh ini, diobservasi dan dipersepsi oleh lima indra dan berbagai instrumen selalu bertambah terus, alhasil horison-horison misteri selalu melebar terus.

Apalagi jika kawasan-kawasan dalam jagat raya kita yang terus mengembang (ibarat sebuah balon maha besar yang sedang ditiup terus), yang semula belum bisa diobservasi, kemudian ternyata dapat diobservasi dan dipersepsi ketika iptek yang lebih maju sudah kita miliki.

Belum lagi kalau alam-alam semesta lain (yang membentuk "multiverse") kita juga perhitungkan meski kini belum dapat kita masuki.

Ya, kita berhadapan dan dikurung dalam infinitas keilmuan, dalam ketidakterbatasan keilmuan. We are all overwhelmed by infinity.

Jadi, tak ada ilmu pengetahuan atau teori sains yang sudah final mutlak. Ilmu pengetahuan selalu sebagai titik titik linier atau titik-titik berpilin tanpa akhir, ad infinitum, atau titik koma, atau koma, tetapi tidak pernah titik penuh, full stop.

Kabar baiknya adalah bahwa adanya hierarki kepastian malah membuat sains terus bergerak maju dan berkembang. Tidak bergerak abadi di tempat dalam angan-angan dan doa-doa pengharapan atau impian dan lamunan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun