Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Mengenal Malpraktek Pemilu: Siap Kalah dan Siap Menang?

29 Februari 2024   23:10 Diperbarui: 1 Maret 2024   06:28 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Antara lain, Pertama, memilah manipulasi pemilu ke dalam elemen-elemen yang mendasarinya memungkinkan dilakukannya analisis yang lebih spesifik mengenai strategi yang diterapkan secara berbeda, pada waktu yang berbeda, dan dalam kondisi saat ini, pada kecurangan pemilu yang terjadi di sekitar pemilu, dimana insentif untuk merusak proses bisa sangat berbeda dibandingkan pada tahap awal kampanye, misalnya. 

Kedua dan yang terkait dengan hal ini, konseptualisasi kecurangan pemilu yang lebih beragam memungkinkan dilakukannya penilaian empiris terhadap faktor-faktor yang lebih bersifat sementara yang mungkin menyimpang dari pemilu ke pemilu, dalam kondisi sosio-ekonomi dan kelembagaan yang sama.

Tekanan untuk memberikan hasil positif di tengah meningkatnya ketidakpastian pada hari pemilu dapat mendorong aktor politik untuk memanipulasi kotak suara. Namun, hubungan ini juga mungkin bergantung pada tingkat demokrasi. Di negara otoriter, pemilu jarang sekali bersifat kompetitif dan umumnya mempunyai tujuan yang berbeda dengan pemilu demokratis.

Sebaliknya, di negara-negara demokrasi, insentif untuk memanipulasi kotak suara menjadi lebih besar ketika peralihan kekuasaan eksekutif benar-benar dipertaruhkan, dan insentif ini menjadi lebih besar ketika mendekati pemilu. 

Insentif-insentif ini juga kemungkinan akan semakin besar ketika dampak kecurangan lebih rendah di negara-negara yang kurang demokratis. Bagi mereka yang berkuasa, ketidakseimbangan sumber daya yang mungkin terjadi dapat menjadi sarana untuk mengacaukan proses pemungutan suara dan tabulasi, tergantung pada peluang pemilu mereka dibandingkan dengan oposisi.

Kajian tentang kedekatan pemilu yang diperkirakan akan memicu manipulasi kotak suara, dan bagaimana hubungan ini berbeda antar tingkat demokrasi. Selain itu ini juga membahas kemungkinan asimetri hubungan ini, tergantung pada apakah petahana memimpin atau tertinggal dalam pemilu.

Kondisi demikian menunjukkan bahwa pemilu yang diperkirakan akan berlangsung secara ketat justru memicu lebih banyak aktivitas curang. Tren ini tampaknya sangat mirip di seluruh tingkat demokrasi. Di sisi lain, apakah petahana memimpin atau tertinggal, tampaknya hanya mempunyai dampak kecil terhadap insiden kecurangan pemilu.

Kontribusi utama ada dua. Pertama, pengumpulan dan pemanfaatan data jajak pendapat pra-pemilu mengurangi bias yang melekat dalam banyak upaya sebelumnya untuk memperkirakan dampak persaingan pemilu. Dengan melakukan hal tersebut, analis mampu memisahkan kondisi persaingan ex ante dari pemilu itu sendiri, sehingga memungkinkan analisis yang lebih jelas mengenai subjek yang pada dasarnya suram.

KECURANGAN PEMILU SEBAGAI METODE MANIPULASI

Berbagai konseptualisasi mengenai kualitas pemilu telah memperkaya bidang ini dalam beberapa dekade terakhir, meskipun terdapat beberapa tumpang tindih dan kebingungan mengenai bentuk-bentuk spesifik dari upaya manipulatif. 

Dimulai dengan definisi utama Lehoucq mengenai kecurangan pemilu sebagai "upaya rahasia dan ilegal untuk membentuk hasil pemilu" definisi "malpraktek pemilu "integritas pemilu" dan "kebebasan dan pemilu yang adil", telah memperluas perdebatan dengan mencakup isu-isu normatif dan non-intensionalitas, serta karakteristik dan waktu terjadinya berbagai bentuk kecurangan pemilu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun