Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Hati-hati Klientelisme: Pembelian Suara (Vote Buying) pada Pemilu 2024?

9 Februari 2024   00:59 Diperbarui: 9 Februari 2024   20:53 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Stokes menguraikan perlunya Partai Peronis untuk dapat melacak pelanggannya meskipun sistem pemungutan suara dilakukan secara rahasia. Argumen Stokes adalah bahwa potensi pembelian suara bergantung pada keakuratan partai pelindung, yaitu Peronis dalam kasus Argentina, dalam memantau suara. Dia menggunakan bukti untuk menunjukkan bahwa secara keseluruhan komunitas yang lebih kecil menawarkan lebih sedikit anonimitas, sehingga memudahkan pelanggan untuk mengetahui siapa yang berkomitmen untuk mendukung mereka. Dengan demikian, Stokes menyimpulkan bahwa hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa pembelian suara lebih sering terjadi di komunitas yang relatif kecil.

Alasan lainnya adalah komunitas yang lebih kecil umumnya lebih miskin. Selain itu, komunitas yang lebih kecil, yang umumnya lebih miskin dan membutuhkan sumber daya yang lebih besar, merupakan target yang lebih menarik.

KLIENTELISME DALAM KONTEKS KEKINIAN

Klientelisme mungkin tidak terlihat sama dari konteks ke konteks. Beberapa faktor individu dan tingkat negara dapat menentukan kapan dan bagaimana klientelisme terjadi di suatu negara, termasuk tipe pemimpin individu, status sosial-ekonomi individu, pembangunan ekonomi, demokratisasi, dan faktor kelembagaan. Dalam beberapa konteks, perilaku klientelistik hampir bisa diduga, karena interaksi tersebut dapat tertanam dalam struktur politik formal.

 Beberapa jenis pemimpin seperti pemimpin tradisional yang turun temurun, yang tetap berkuasa untuk jangka waktu yang lama, lebih efektif dalam menjalankan hubungan klientelistik dibandingkan yang lain seperti pejabat terpilih.

Penelitian juga menunjukkan bahwa politisi dapat mengambil manfaat dari hubungan klientelistik dengan mendapatkan dukungan dari mereka yang menerima barang dari mereka, namun ada juga potensi kerugian karena politisi klientelistik mungkin kehilangan dukungan dari pemilih yang lebih kaya, yang tidak terlibat dalam hubungan klientelistik. secara negatif. Tidak semua pemilih memandang perilaku klientelistik sebagai sifat positif politisi, terutama pemilih dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi. Singkatnya, tidak ada satu faktor pun yang menyebabkan klientelisme bertahan.

 KONSEKUENSI KLIENTELISME CONDONG   MENDUKUNG KORUPSI?

Klientelisme secara umum mempunyai konsekuensi negatif terhadap demokrasi dan pemerintahan, serta mempunyai konsekuensi yang lebih tidak menentu terhadap perekonomian. Hubungan akuntabilitas dalam demokrasi di mana para pemilih meminta pertanggungjawaban pejabat terpilih atas tindakan mereka, dirusak oleh klientelisme.

Hal ini karena klientelisme membuat suara bergantung pada pemberian kepada klien, dan bukan pada kinerja pejabat terpilih dalam jabatannya. Klientelisme juga merendahkan institusi demokrasi seperti pemungutan suara rahasia dan pengawasan administratif. Faktor-faktor tersebut melemahkan institusi demokrasi dan berdampak negatif terhadap efisiensi pemerintahan.

Korupsi dan persepsi korupsi juga terbukti berkorelasi kuat dengan sistem klientelisme karena berbagai alasan. Salah satunya adalah bahwa patron sering kali berada di atas hukum dalam banyak sistem klientelis. Selain itu, beberapa tindakan dalam sistem klientelis seperti jual beli suara, bisa jadi merupakan tindakan ilegal.

Yang terakhir, sumber daya yang dibutuhkan patron untuk mempertahankan sistem klientelis mungkin memerlukan cara terlarang untuk mendapatkan barang. Sebuah studi pada tahun 2021 menemukan bahwa pemilih dalam sistem klientelisme kurang bersedia menghukum politisi korup dalam pemilu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun