Dalam kesempatan ini, akan diuraiakan beberapa aspek (1) makna upacara potong gigi dari filosofis agama Hindu, (2) upacara potong gigi menghadapi quarter life crisis, (3) pelaksanaan upacara potong gigi.Â
Upacara Potong Gigi di Keluarga Saya
Udara masih dingin, pada pagi buta itu, ada hujan mau trun, rintik-rintik sudah mulai terasa, semua khawatir kalau hari akan hujan.Â
Anak-anak usia remaja sudah siap, bersih diri dengan mandi, dan berpakaian putih dan saput kuning.Â
Mereka tampak nenawan. Secara beriringan mereka  menuju arah bale dangin dari sisi selatan menghadap ke  arah utara.
Para wanita setengah baya yang di rumah saya, disebut sararti, tukang banten, sibu menyiapakan banten byakala atau bya kaon, lalu melakukan prosesi ritual dihadapan anak-anak remaja itu. Â
Mereka tampak meminta tangan dibersihkan disi lengis asem, serta asaban cendana sebagai tanda prosesi natab byakala dimulai, untuk menjadikan diri mereka bersih siap untuk proses selanjutnya pada acara metatah atau  potong gigi dilakukan.
Setelah itu, mobil  sudah siap di depan rumah untuk mengangkut mereka dalam rangkaian upacara selanjutnya, yaitu ptong gigi di Puri, tempat prosesi potong gigi dilakukan, yaitu sangging, yang  dikenal dengan Puri Satria Kanginan, banyak keluarga melakukan proses pemotongan gigi dilakukan.Â
Walaupun beberapa keluarga melakukan di rumah masing-masing, namun banyak juga yang melakukan seperti yang keluarga kami lakukan karena beberapa alasan.
Pertama, harus menyiapkan tempat yang luas, seperti bale dangin, yang agak luas dan lebar, sehingga leluasa dengan tempat tidur yang luas untuk melakukan pemotongan gigi. Jadi kalau model ini, maka ratu sangging, bisa beliau datang ke rumah yang akan potong gigi.Â
Kedua, untuk menghindari gangguan yang  konon harus disengker dengan ilmu anti majig.Â