Sebegitu rapihnya ia jadi ibu rumah tangga. "Ternyata banyak juga ya kerjaan loe. Ga repot tuh tiap hari begitu," kataku.
Sebagai teman dekat, jujur aku senang pada akhirnya si teman ini bisa melepas diri barang sebentar dari rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga. Ya, mau bagaimana pun menurutku, dia butuh refreshing.Â
Aku nggak yakin selama menjalani tugas sebagai ibu rumah tangga yang lebih banyak berkutat dengan urusan pekerjaan rumahan, di kawan ini baik-baik saja sepanjang masa.Â
Pasti ada saat-saat bete, boring atau apalah istilahnya. Ia pasti butuh waktu untuk sendiri, me time-lah istilah kerennya.
Ku pantau lewat status WhatsApp-nya, si kawan ini menginap di sebuah guest house, makan di restoran, ketemuan sama teman kuliah, juga ada kegiatan shopping tipis-tipis.Â
Eh ada juga statusnya lagi ke salon. Ia lakukan semuanya di sela  tugasnya sebagai tenaga lepas sebuah kantor konsultan. Tak satu pun status WA-nya soal anak ataupun suami, seperti yang biasa dilakukan selama ini.
Tetapi lima hari usai bepergian sendirian, si kawan tiba-tiba kirim foto melalui jaringan pribadi. Kirim foto setumpuk cucian, berkranjang-kranjang setrikaan dan rumah yang berantakan sambil menyertakan emoji tertawa ngakak.
"Tetap saja pekerjaan itu menantiku kembali," kata si kawan, tetap dengan emoji tertawa.
Ia bilang, tiga hari ditinggal, si suaminya bolak-balik telepon, agar jangan terlalu lama ke luar kota. Suaminya mengaku tak sanggup harus mikir dan mengerjakan tugas rumah tangga yang seabreg banyaknya.
Hal positifnya, si bocah sudah bisa menanak nasi, mengepel lantai dan mencuci piring. Baiknya lagi, kini baik suami maupun anaknya lebih menghargai ketika si emak memasak menu apapun.Â