Mohon tunggu...
Husnul Khotimah
Husnul Khotimah Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Mulai ngeblog sejak 2009 di www.jombloku.com dan sekarang saya menjadi full time blogger. Beraktifitas sebagai ibu rumah tangga dengan 2 orang anak laki-laki sambil menyalurkan hobi menulis dengan jualan artikel lewat jualbeliartikel.com dan membuat konten di blog, media sosial dan Youtube. Aktif juga menulis tentang parenting di mrsjo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Yayasan Kampung Lali Gadget akan Segera Punya Sekolah Alam

12 September 2023   15:46 Diperbarui: 12 September 2023   15:56 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, saat saya memandang ke generasi anak-anak saat ini, saya merasa ada perbedaan gaya bermain dan budaya yang begitu besar. Anak-anak masa kini, sebagian besar, cenderung lebih tertarik dengan permainan digital dan gadget daripada permainan tradisional.

Kebanyakan mereka sering terpaku pada layar ponsel, tablet, atau komputer, dan menghabiskan waktu berjam-jam dalam dunia maya yang tak berujung.

Dalam prosesnya, mereka mulai kehilangan kontak dengan permainan tradisional yang begitu berharga dalam membentuk keterampilan sosial dan kreativitas.

Akibatnya, anak-anak saat ini semakin jarang berinteraksi secara langsung dengan teman-teman sebayanya. Mereka bahkan mungkin lebih suka berbicara melalui pesan teks atau obrolan daring daripada berinteraksi dan bermain bersama di luar rumah.

Saya khawatir, kemampuan berkomunikasi secara langsung dengan bahasa tubuh dan ekspresi wajah pada anak-anak ini akan terkikis karena kurangnya interaksi sosial yang nyata.

Sungguh! Saya merasa sangat prihatin melihat bagaimana anak-anak masa kini mungkin kehilangan sebagian besar pengalaman bermain tradisional yang kami nikmati saat kecil.

Saya juga berpikir kalau permainan-permainan tersebut adalah bagian penting dari warisan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan.

Saya percaya bahwa menciptakan keseimbangan antara permainan digital dan tradisional adalah kunci untuk memastikan bahwa anak-anak masa kini juga dapat menikmati manfaat sosial, fisik, dan mental yang diberikan oleh permainan tradisional.

Dengan memperkenalkan mereka kembali ke keajaiban dunia lompat tali, congklak, dan permainan tradisional lainnya, kita dapat membantu mereka membangun koneksi yang lebih kuat dengan budaya kita dan bounding satu sama lain. Ini adalah langkah penting untuk menjaga warisan kita tetap hidup sambil merangkul teknologi yang ada.

Mengingat itu semua, membuat saya tertarik untuk menyekolahkan anak-anak saya ke sekolah alam. Di sela-sela waktu, saya mencoba mencari-cari tentang sekolah alam di internet.

Saat saya sedang asik mencari referensi itulah saya menemukan sebuah artikel yang cukup menarik dan membahas tentang Kampung Lali Gadget serta rencananya yang ingin dalam membangun sekolah alam.

Kampung Lali Gadget

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun