“Iya Bu, ngga apa-apa,” jawabku singkat
“Bu, udah dulu ya, lagi dijalan ngga enak, besok pagi insyaallah Inud sudah sampai di Rumah. Assalamualaikum.”
“Tut..tut..tut...” suara telepon terputus.
Tak kusanga ibu mengatakan hal tersebut. Air mataku langsung mengucur deras mendengarnya. Kuakhiri telepon tersebut karena aku tak mau ibu semakin sedih mendengar suaraku yang juga terdengar bergetar. Aku merenung sepanjang perjananan memikirkan apa yang diucapkan ibu. Tak hentinya aku tersedu, entah apa sebabnya. Aku tak pernah mengira, ibu bisa merasa bersalah akan hal tersebut. Ibu tidak salah, perjuangan ibu selama ini sudah lebih dari cukup. Jika aku bisa memilih terlahir dari keluarga lain yang kaya raya. Niscaya aku akan tetap memilih lahir dari dari rahim ibu.
Seharusnya bukan ibu yang meminta maaf, tapi aku, Bu. aku masih belum bisa membuat ibu bahagia hingga detik ini. Aku masih belum bisa memberikan apa-apa. Semua yang telah ibu berikan tak akan mampu kubalas dengan apapun di dunia ini. Terima kasih ibu.
Deltamas, 23 Desember 2013
Inueds Al Faqih
***
NB :
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
serta