Mohon tunggu...
Achmad Burhanuddin
Achmad Burhanuddin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Arek Bangil... Tertarik akan dunia Literasi.. Motto: Syukuri, Jalani Temukan di in-oud.blogspot.com @inueds

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Untukmu Ibu] Engkau Tak Salah Ibu...

23 Desember 2013   22:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:33 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehangatan kasih ibu benar-benar kurasakan. Malam hari sebelum aku berangkat kerja, secangkir kopi selalu siap ibu sediakan mengantarku sebelum berangkat kerja. Setiap aku akan berangkat kerja ibu selalu mengikutiku hingga sampai depan rumah. Ibu seakan tidak rela melepasku berangkat kerja. Pagi saat aku pulang kerja, tak lupa ibu sambut kedatanganku dengan secangkir teh hangat sebagai pelepas lelahku. Tak jarang pula tangan lembut ibu memijit tubuhku yang terlihat sangat letih. Semua ibu lakukan dengan ikhlas tanpa ada aba-aba dariku yang meminta ibu untuk melakuakan itu semua.

Ibu...

Waktu terus bergulir dengan cepat dan kontrak kerjaku telah habis. Melihat kondisi yang seperti ini semakin menguatkanku untuk mengejar cita-cita memperbaiki kehidupan. Tidak hanya menjadi sekedar buruh yang dengan seenaknya bisa dikeluarkan oleh menajemen perusahaan ketika kontrak telah habis. Berbekal keinginan kuat, mulailah aku menjelma menjadi pemburu beasiswa. Alhamdulillah... dengan doa restu ibu akhirnya aku bisa kuliah dengan beasiswa sehingga tidak terlalu memberatkan ibu. Segala biaya kuliah sampai lulus ditanggung dan aku berkesempatan mendapat uang saku perbulan.

Waktu terus melesat kencang, tak terasa sudah setahun aku mengenyam bangku kuliah. Sistem kuliahku tidak sama dengan kuliah pada umumnya. Liburan semseter genap di kampusku dijadikan jadwal untuk magang ke industri. Lebaran Idul Fitri yang bertepatan dengan jadwal magang menyebabkan aku tidak ada kesempatan pulang ke kampung halaman dan berkumpul dengan ibu. Ini menjadi kali pertama aku harus merayakan lebaran di rantau.

Ibu...

Dua bulan waktu magang telah usai, aku kembali lagi ke kampus. Kulihat kalender akademik yang ada menyisakan waktu sekitar satu minggu sebelum semester ganjil dimulai kembali. Tak kulewatkan kesempatan ini untuk bercengkerama dengan ibu. Aku berniat pulang ke kampung halaman.

Kupilih kereta api yang akan mengantarku dari Jakarta menuju Surabaya. Dalam perjalanan menuju rumah, kusempatkan menelepon ibu memberi kabar bahwa aku akan pulang hari itu.

“Assalamualaiakum,” ucapku setelah telepon tersambung.

“Waalaikumussalam Wr. Wb,” jawab ibu.

“Bu, Inud hari ini perjalanan pulang kerumah. Oiya Bu, katanya adek Ulul diterima kuliah di Surabaya ya, Bu.”

“Iya Nak. Kemarin Pak Lekmu dari Surabaya untuk daftar ulang. Nak, maafkan Ibu ya, Ibu tak punya uang sebanyak itu. Kamu kuliahnya harus jauh dan harus merantau sendiri.” Suara ibu terdengar serak dan bergetar mengucapkan kalimat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun