Namun cinta buta itu hadir karena seorang pasangan atau sesamanya ataupun kedua orang tua kepada anaknya yang berusaha mengambil kendali dan menguasai pasangannya atau anaknya secara dominan dan memaksa. Mendikte yang tidak dibenarkan secara moral dan etis, prinsip penjajahan kemanusiaan dalam skala terkecil lingkup sosial yaitu keluarga, tidaklah dibenarkan. Membuat keterikatan yang penuh penderitaan dan hubungan yang toxic, karena anggota keluarganya merasa terintimidasi atas dasar cinta (yang padahal cinta buta), menganggap peran dirinyalah yang satu-satunya membuat keluarga bahagia (yang secara tidak langsung menampik Kemahakuasaan Tuhan.)
Maka quotes yang Rian tulis muncul:
Cinta yang sejati tidaklah mengikat dan memberikan kebebasan yang terkendali. Dan Cinta yang sejati selalu menganggap pasangan dan anaknya bahagia karena mereka dapat bersandar kepada Kemahakuasaan-Nya. Sebuah keyakinan cinta bahwa baik pasangan dan anaknya hanyalah milik-Nya dan akan kembali kepada-Nya dalam kasih-Nya yang kekal.
Cinta yang buta sangatlah mengikat dan tidak memberikan kebebasan yang terus menerus mendominasi. Dan Cinta yang buta selalu menganggap pasangan dan anakku hanya bisa bahagia jika bersandar pada diriku semata. Sebuah keyakinan cinta yang mendakwakan pasangan dan anaknya mutlak milik diriku dan hanya akan kembali kepada kasihku yang fana.
Cinta tidak sekadar ucapan "I love you." Cinta perlu bukti. Maka apa bukti cintamu? yaitu Semangat!
Banyak fenomena rumah tangga, yang dinilai kurang harmonis dan kurang bergairah, karena salah satu pasangan hidupnya tidak ada semangat hidup untuk bangkit dari keterpurukan (akibat didominasi oleh pemikiran-pemikiran yang merugikan diri sendiri, seperti merasa diri tidak berharga). Akhirnya urusan rumah tangga hanya dipikul salah satu pasangan. Sungguh kehidupan rumah tangga yang membosankan, dan membuat diri mencari pelarian.
Rumah tangga yang ideal bisa terwujud jika diwarnai kehidupan rumah tangga yang saling melayani dan saling memahami satu sama lain dengan penuh ketulusan dan semangat yang tanpa batas dan tak pernah padam.
4. Keinginan untuk dihargai dan dihormati seorang dan seorang lainnya tak dapat diukur secara pasti, karena syarat keinginan (Desire) yang beraneka ragam. Contoh seperti seorang tentara dan seorang pedagang keinginan untuk dihargainya tentu berbeda. Namun teori Abraham Maslow tentang hasrat dihargai dan dihormati ini kurang baik untuk budaya sosial masyarakat nusantara. Karena dapat mendorong hasrat gila hormat dan gila penghargaan. Rian pernah menuliskan quotes:
“Pengakuan dan Penghargaan yang diberikan manusia kepada seseorang adalah suatu tanggung jawab yang besar. Namun Keridhaan (Restu Suci) dari Tuhan Yang Maha Esa kepada Hamba-Nya adalah suatu Kemuliaan.” (Rian, 2021)
Penghormatan yang berupa pengakuan dan penghargaan yang diberikan adalah bentuk tanggung jawab yang kemudian hari dipikul berat oleh anak didik dunia perguruan tinggi.
Mengapa? Karena penghormatan berupa pengakuan terlegitimasi secara hukum dan penghargaan yang diberikan kepada anak didik dimasa mendatang akan menumbuhkan ekspetasi dan harapan dari masyarakat? Maka dari itulah dengan sebenar-benarnya Pengakuan dan Penghargaan yang diberikan adalah Beban Moral yang sungguh besar karena harus memikul harapan masyarakat yang beraneka ragam.