1. Fisiologis (Need)
Berikut penjabaran sedikit mendalam dari Rian pribadi:
1. Ada faktor penggerak manusia yang membuatnya bergerak dalam melaksanakan kegiatan maupun aktivitas, yaitu pemenuhan Need/Kebutuhan yang mencakup kebutuhan Fisiologis seperti makan, minum, tidur, berpakaian, tinggal di kediaman tempat tinggal, pemenuhan hasrat biologis dengan pasangan hidup yang sah, dan lainnya yang mencakup kebutuhan inderawi. Kebutuhan ini bersifat mudah terpuaskan apabila sudah dipenuhi, namun kondisi dan perilaku tubuh untuk merespon need beraneka ragam.
Contoh seperti seorang yang tinggal di gurun berbeda pola pemenuhan kebutuhan fisiologisnya dengan orang yang tinggal di daerah yang subur seperti di bumi Nusantara. Bahkan pembiasaan diri untuk survive di masa masa kritis atau krisis, juga mempengaruhi perilaku pemenuhan kebutuhan fisiologis seseorang. Contoh seorang yang biasa hidup terlantar dan tidur di bawah kolong jembatan, pola pemenuhan kebutuhan hidupnya berbeda dengan kalangan pejabat elit.
2. Kemudian kebutuhan akan rasa aman (Secure) adalah tahapan selanjutnya setelah kebutuhan fisiologis. Mengapa? Karena hasil pengamatan menunjukkan, seorang rela mempertaruhkan nyawanya demi memenuhi kebutuhan fisiologi seperti makan. Sampai ada yang rela berbuat tindak kriminal pencurian hanya demi memenuhi rasa lapar keluarganya, menjual rasa amannya dari hukuman yang kelak menerpanya. Maka dari itu kebutuhan rasa aman adalah next level dari kebutuhan fisiologis.
Seorang tentu bisa merasakan diri terancam jika tinggal di suatu kediaman yang penuh konflik, daerah rawan wabah, dan sebagainya. Hal demikian mendorong hasrat seorang untuk mampu survive atau melarikan diri dari kondisi yang dipenuhi rasa ketakutan dan dipenuhi ancaman (Fear). Seperti fenomena panic buying yang marak terjadi saat masa-masa krisis di tahun 2022 kini, kelangkaan minyak goreng, mendorong hasrat Fear of Missing Out, ketakutan pasokan keluarga untuk kebutuhan minyak tidak terpenuhi. Sepertinya hal ini dijadikan sebagai ladang bisnis yang tidak memperdulikan kepentingan publik demi pemuasan hasrat pribadi atau golongan, dengan memanfaatkan rasa Fear of Missing Out yang sedang melanda di pemikiran publik saat ini.
Sementara untuk bahasan Manusia makhluk Sosial, Keinginan untuk dihargai dan dihormati, serta Aktualisasi diri Rian bahas sedikit mendalam karena hierarkis Teori Abraham Maslow diatas tidak dapat diukur secara pasti variablenya, karena mengandung unsur desire yang tidak seragam disetiap keinginan manusia.
3. Dalam bersosial, ada masyarakat yang gemar bersosial bahkan ada yang anti sosial, ada yang menjadikan kebutuhan sosial sebagai murni Need ada juga yang hanya menjadikan keinginan sementara, maka kebutuhan sosial ini dapat dikategorikan pembatas atau peralihan antara Need dan Desire.
Dalam bersosialisasi ada keinginan-keinginan untuk saling mencintai dan mulai memendam perasaan bahkan mengungkapkannya. Maka prinsip saling mencintai dan sense of belonging (rasa memiliki) mulai hadir dalam kehidupan melalui hierarkis Teori Need and Desire ini. Namun tetaplah manusia yang menentukan hal ini apakah dijadikan sebagai kebutuhan (Need) next level dari rasa aman, atau sekadar permainan keinginan (Desire) pribadi dan golongan sahaja?
Contoh seorang yang bermain main keinginan bersosialisasi yaitu, seorang pria yang mendekati wanita dengan hasrat mempermainkan cinta dan bermain perasaan dengan wanita tersebut. Setelah puas keinginannya (Desire) terpenuhi, ia meninggalkan wanita yang menjadi korban permainan cinta palsu itu begitu saja.
Cinta sejati itu hadir karena seorang pasangan atau kedua orang tua kepada anaknya memberikan kebebasan dan ketidakterikatan, untuk berpendapat, mengekspresikan diri, berkembang, dan menjadi pribadi yang mandiri dengan pemantauan dan perlindungan yang konsisten. Artinya bebas terkendali. Terkendali berarti keluarga menjamin kebutuhan fisiologis dan rasa aman (Secure), dan hal-hal yang memfasilitasi kemajuan anggota keluarga dari pemenuhan hidup dan pembentukan mental. Sehingga kebahagiaan bisa hadir dalam suatu keluarga. Prinsip cinta bahwa seorang pasangan dan anak hanya bisa bahagia jika keluarga memfasilitasi dengan penuh cinta yang tidak mengikat agar anggota keluarganya bisa menikmati hubungan kekal antara seorang hamba dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.