Fenomena di Kelas TK A dan TK B
TK A:Di kelompok TK A, anak-anak yang baru memasuki lingkungan sekolah sering kali menghadapi tantangan adaptasi. Ketika guru membawa kamera ke ruang kelas untuk membuat konten, fokus anak-anak sering teralihkan. Alih-alih fokus pada aktivitas bermain edukatif seperti menyusun balok atau mengenal huruf dan angka, mereka lebih tertarik pada keberadaan kamera.
Contoh Kasus TK A:Seorang guru di kelas TK A menggunakan anak-anak untuk video bertema permainan tradisional. Proses pembuatan video yang berulang memakan waktu lebih dari satu jam, menyebabkan anak-anak kehilangan waktu bermain bebas. Salah satu anak mengungkapkan kepada orang tuanya, "Aku tidak mau main di sekolah, karena capek diulang-ulang untuk video."
TK B:Anak-anak di TK B, yang lebih matang dibandingkan TK A, mulai mempertanyakan aktivitas yang mereka lakukan. Mereka lebih kritis terhadap situasi yang tidak terkait langsung dengan pembelajaran. Ketika guru sering meminta mereka melakukan aksi tertentu untuk video, beberapa anak merasa terbebani.
Contoh Kasus TK B:Di sebuah TK B di Bandung, guru menggunakan anak-anak untuk video pendek bertema "kebersamaan di kelas." Beberapa anak menolak terlibat, sementara anak lainnya merasa malu dan canggung. Guru menghadapi kesulitan menjelaskan kepada orang tua tentang pentingnya video tersebut
Ungkapan ibu guru : ''Membuat konten memang menarik, tapi memakan waktu. Anak-anak lebih baik belajar tanpa gangguan kamera, namun di era kurmer ini sedikitnya guru di tuntut oleh sekolah sebagai video pembelajaran menarik". Ujarnya ( 20/12/2024)
Rekomendasi
Kebijakan Sekolah
Sekolah harus memiliki panduan yang jelas tentang keterlibatan anak dalam konten media. Video hanya boleh dibuat jika relevan dengan tujuan pembelajaran dan tidak mengganggu proses belajar.
Peningkatan Profesionalisme
 GuruGuru perlu memahami peran utama mereka sebagai pendidik. Meskipun kreativitas penting, harus ada batasan yang jelas antara inovasi digital dan tugas pedagogis.