Mohon tunggu...
Intan Rahmawati
Intan Rahmawati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya merupakan pribadi yang humble, gemar berkomunikasi dengan orang lain karena saya sangat menyukai berbicara terlebih di depan umum, singkatnya saya adalah seorang yang ekstrovert. Di samping dari itu semua, saya hobi menuangkan perasaan saya lewat tulisan, seperti puisi atau cerpen. Hampir semua tulisan saya adalah wujud dari kehidupan saya dan orang-orang di sekitar saya. Bagi saya, lewat menulis saya dapat mengekspresikan apa yang tidak dapat saya utarakan melalui suara dan gesture tubuh. Serta bagi saya tulisan adalah ungkapan perasaan yang paling jujur.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hakikat Penilaian, Langkah Pengembangan Alat Penilaian serta Tujuan dan Fungsi Penilaian

8 Desember 2022   19:03 Diperbarui: 8 Desember 2022   19:10 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di pihak lain Brown (2004:3), yang menganggap bahwa penilaian sama dengantes, megemukakan bahwa penilaian adalah sebuah cara pengukuran pengetahuan, kemampuan, dna kinerja seseorang dalam suatu ranah yang diberikan. Dalam definisi tersebut, Brown menganggap bahwa penilaian paling tidak mengandung tiga hal. Pertama, tes sebagai sebuah cara: tes merupakan sejumlah teknik, prosedur, atau butir yang menuntut jawaban atau kinerja seseorang. Kedua, tes sebagai alat ukur: tes mesti mengukur sesuatu dalam diri seseorang baik yang berupa pengetahuan umum atau pengetahuan khusus. Ketiga, tes sebagai alat ukur pengetahuan, kemampuan, atau kinerja: tes dimaksudkan untuk mengukur sesuatu atau ciri laten seseorang seperti pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kinerja, dan lain-lain. Sebagai sebuah alat ukur tes haruslah memilikin kelayakan dan menghasilkan informasi yang dapat ditafsirkan.

Penilaian pada hakikatnya merupakan suatu proses, yang menurut Cronbach (Nurgiyantoro, 2008:188) adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi yang dipergunakan sebagai dasar pembuatan keputusan tentang program pendidikan. Keputusan adalah pilihan di antara berbagai arah tindakan. Jadi, penilaian menurut Cronbach memiliki komponen pengumpulan informasi, penggunaan informasi, danpembuatan keputusan.

Informasi, Pembuatan Pertimbangan, Pengambilan Keputusan. Pengertian tentang penilaian yang kurang lebih sama dikemukakan oleh Scriven (Ten Brink, 1974) yang mengatakan bahwa proses penilaian terdiri atas tiga kegiatan yaitu pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan, dan pengambilan keputusan. Ia mengartikan prnilaian sebagai "proses memeroleh informasi, memergunakannya sebagai bahan pembuatan pertimbangan, dan selanjutnya memergunakannya sebagai dasar pengambilan keputusan". Ketiga komponen tersebut saling berkaitan satu sama lain dan merupakan sebuah rangkaian, maka dalam kegiatan penilaian pembelajaran ketiganya perlu dipahami dengan jelas.

Infromasi yang dimaksudkan di sini adalah informasi tentang pihak yang akan dinilai yang dalam konteks pembelajaran lazimnya adalah peserta didik, atau tepatnya hasil belajar peserta didik. Jadi, informasi itu dapat berupa pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kinerja, dan lain-lain yang diperoleh peserta didik selama kegiatan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang dibelajarkan. Informasi merupakan komponen pertama penilaian, adalah suatu hal yang sangat esensial karena ia memberikan data yang akan dipergunakan sebagai dasar pembuatan pertimbangan. Tanpa informasi, pertimbangan tentang capaian belajar peserta didik tidak mungkin dilakukan. Pemerolehan informasi yang tidak akurat juga akan menyebabkan tidak tepatnya pertimbangan yang diberikan. Pembuatan pertimbangan dimungkinkan tepat jika didukung oleh akuratnya informasi yang diperoleh.  Informasi dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif, umum atau khusus, berkaitan dengan orang, materi, prestasi, program, proses, dan sebagainya.

Pembuatan pertimbangan, komponen kedua penilaian, merupakan hal yang penting dan mesti dilakukan dari kegiatan penilaian. Pertimbangan yang dibuat dapat diharapkan tepat jika didukung oleh akuratnya informasi yang diperoleh dan tepatnya penafsiran terhadap informasi tersebut. Agar informasi yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan, pengumpulan informasi hendaknya didasarkan pada rencana pertimbangan yang akan dibuat. Sebagai contoh misalnya, seorang guru diberi tugas oelh kepala sekolah untuk memilih tiga orang peserta didik yang terbaik untuk diikutsertakan dalam lomba deklamasi antarpeserta didik SMTA sekabupaten. Dengan tugas itu, berarti guru telah mempunyai rencana pertimbangan yang akan dibuat, yaitu memilih tiga orang peserta didik yang terbaik yang mempunyai peluang untuk menang dalam lomba deklamasi di tingkat kabupaten. Dengan demikian, informasi yang dibutuhkan telah jelas, yaitu kemampuan peserta didik untuk berdeklamasi. Tugas guru selanjutnya adalah mencari dan mendapatkan informasi yang sesuai, yaitu: berupa skor-skor pengukuran terhadap kemampuan berdeklamasi pada peserta didik dan informasi pendukung lainnya yang terkait. Berdasarkan skor-skor yang telah diperoleh, guru kemudian menafsirkannya, mempertimbangkan, dan kemudian memutuskan pilihan.

Pertimbangan merupakan tafsiran (estimate) terhadap kondisi yang ada sekarang dan merupakan prediksi penampilan pada masa mendatang. Proses penilaian yang baru sampai pada tingkat pembuatan pertimbangan sebenarnya tidak harus diikuti oleh adanya pengambilan tindakan. Sebagai contoh misalnya, seorang kepala sekolah mempertimbangkan bahwa pendekatan dan metode yang disarankan oleh kurikulum akan lebih efektif daripada pendekatan dan metode yang dianut sebelumnya.

Komponen ketiga yang merupakan tujuan akhir dilakukannya kegiatan penilaian adalah pengambilan keputusan. Pembuatan keputusan merupakan pemilihan di antara sejumlah alternatif, atau menurut Cronbach, pilihan di antara berbagai arah tindakan. Oleh karena itu, tidak seperti halnya dalam pembuatan pertimbangan, keputusan yang diambil menuntut diikuti oleh suatu tindakan. Pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan tidak harus orang yang membuat pertimbangan, akan tetapi dapat pula orang yang sama.

Tugas seorang guru untuk memilih tiga orang peserta didik terbaik untuk diikutsertakan dalam lomba deklamasi di atas dapat dijadikan contoh lanjutan. Setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan, ia kemudian melakukan penafsiran untuk membuat pertimbangan yang tepat. Ia memilih tiga orang peserta didik yang jumlah skor dari berbagai unsur penampilan deklamasi yang dinilai termasuk kelompok tertinggi. Ketiga orang peserta didik tersebut dipertimbangkan mempunyai peluang untuk menang yang lebih besar daripada kawan-kawannya yang lain yang skornya lebih rendah. Selanjutnya, siapakah yang akan memutuskan pilihan terhadap ketiga peserta didik tersebut sebagai wakil sekolahnya, mungkin dilakukan oleh guru pembuat pertimbangan itu atau oleh kepala sekolah yang telah memberi tugas kepada guru, atau oleh keduanya. Akan tetapi, siapa pun pihak yang menjadi pengambil keputusan tetap akan mendasarkan diripada pertimangan yang dibuat oleh guru.

Jika penilaian yang dimaksudkan dibatasi pada pencapaian hasil belajar peserta didik, informasi yang dibutuhkan adalah informasi tentang hasil belajar peserta didik yang diperoleh melalui kegiatan pengukuran. Hasil pengukuran yang diperoleh itu dipergunakan untuk mempertimbangkan prestasi belajar peserta didik, bagaimana penampilan peserta didik pada masa mendatang bila ia dinyatakan lulus (naik kelas), atau sebaliknya tidak lulus (tidak naik kelas). Jika dengan prestasi yang dicapai itu dianggap dapat memberi kemudahan bagi pelajar berikutnya, peserta didik dinyatakan lulus atau naik kelas. Akan tetapi, jika dipertimbangkan justru akan menambah beban bagi pelajaran berikutnya, peserta didik diputuskan tidak lulus atau tidak naik kelas.

Dari berbagai pembicaraan di atas dapat dipahami bahwa penilaian merupakan sebuah aktivitas yang cukup kompleks dan melibatkan berbagai komponen dan kegiatan. Berbagai pengertian penilaian yang dikemukakan, walau berbeda rumusan, pada hakikatnya memiliki kesamaan dan tidak bertolak belakang. Bagaimanapun, komponen informasi tentang subjek yang akan dinilai merupakan hal yang mesti ada dan sekaligus akurat. Informasi kualitatif dan kuantitatif dapat diperoleh lewat berbagai teknik, namun apa pun teknik yang dipilih haruslah sesuai sesuai dengan kompetensi atau informasi yang dibutuhkan. Jika informasi yang dimiliki akurat, pembuatan pertimbangan dan pembuatan keputusan, akan lebih mudah dibuat dan sekaligus dapat dipertanggungjawabkan.

Penilaian Proses dan Penilaian Produk. Informasi yang disadap dan dikumpulkan sebagai bukti hasil belajar peserta didik haruslah menyeluruh dan sedapat mungkin mencermikan ciri laten yang dimiliki mendekati yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengumpulan informasi tidak benar jika hanya dilakukan pada akhir kegiatan belajar mengajar saja dalam bentuk ujian akhir atau ulangan umum. Agar informasi yang diperoleh tersebut lebih lengkap, menggambarkan kemajuan belajar peserta didik, dan karenanya dapat dipertanggungjawabkan, pengumpulan informasi itu harus juga dilakukan sepanjang kegiatan pembelajaran. Kegiatan penilaian yang dilakukan pada khir pembelajaran untuk mengukur capaian hasil belajar peserta didik terhadap keseluruhan kompetensi yang dibelajarkan dalam periode tertentu dapat disebut sebagai penilaian prestasi (atau penilaian produk, penilaian hasil belajar). Di pihak lain, penilaian yang dilakukan sepanjang dan bersamaan dengan proses pembelajaran dapat disebut sebagai penilaian proses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun