Mohon tunggu...
Intan Rahmawati
Intan Rahmawati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya merupakan pribadi yang humble, gemar berkomunikasi dengan orang lain karena saya sangat menyukai berbicara terlebih di depan umum, singkatnya saya adalah seorang yang ekstrovert. Di samping dari itu semua, saya hobi menuangkan perasaan saya lewat tulisan, seperti puisi atau cerpen. Hampir semua tulisan saya adalah wujud dari kehidupan saya dan orang-orang di sekitar saya. Bagi saya, lewat menulis saya dapat mengekspresikan apa yang tidak dapat saya utarakan melalui suara dan gesture tubuh. Serta bagi saya tulisan adalah ungkapan perasaan yang paling jujur.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hakikat Penilaian, Langkah Pengembangan Alat Penilaian serta Tujuan dan Fungsi Penilaian

8 Desember 2022   19:03 Diperbarui: 8 Desember 2022   19:10 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gronlund (1985:5) juga dengan jelas membedakan antara tes, pengukuran dan evaluasi. Tes merupakan sebuah instrument atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel tingkah laku, misalnya untuk menjawab pertanyaan "seberapa baik (tinggi) kinerja seseorang" yang jawabnya berupa angka. Pengukuran merupakan proses untuk memeroleh deskripsi angka (skor) yang menunjukkan tingkat capaian seseorang dalam suatu bidang tertentu, misalnya jawaban pertanyaan "seberapa banyak". Penilaian, di pihak lain, merupakan proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh seseorang peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan.

Penilaian dan pengukuran merupakan satu kesatuan yang saling memerlukan. Pengukuran terbatas dan hanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat kuantitatif (data kuantitatif) dan tidak ada deskripsi atau penjelasan yang bersifat kualitatif. Penilaian, di pihak lain, berurusan dengan aspek kualitatif (data kualitatif) dan kuantitatif. 

Aspek kuantitatif pada penilaian diperoleh melalui (bantuan) pengukuran (yang salah satunya lewat tes), sedang aspek kualitatifnya berupa, antara lain, penafsiran dan pertimbangan terhadap data kuantitatif hasil pengukuran tersebut. Jadi, dalam penilaian mesti terkandung kegiatan penafsiran, pemertimbangan, atau penilaian (value judgement) terhadap informasi yang diperoleh, termasuk informasi yang didapatkan bukan lewat pengukuran seperti lewat pengamatan.

Namun demikian, penilaian sangat membutuhkan data yang diperoleh dari kegiatan pengukuran. Tanpa adanya data atau informasihasil pemgukuran tersebut tampaknya hampir tidak mungkin dilakukan kegiatan penilaian yang berupa pemberian pertimbangan terhadap suatu hal. Misalnya, jika kita bermaksud menilai kemampuan apresiasi sastra peserta didik, kita harus mempunyai data tentang hal itu yang diperoleh melalui pengukuran. Berdasarkan data itu yang dapat diperkuat dengan data lain, misalnya yang diperoleh lewat pengamatan sehari-hari, kemudian dilakukan penafsiran dan pemberian value judgement terhadap peserta didik yang bersangkutan.

Di lain pihak, kegiatan pengukuran pun memerlukan dan atau haruslah diikuti oleh penilaian. Apa tujuan pengukuran dan apa atau bagaimana kriteria keberhasilannya adalah hal-hal yang menunjukan keterikatan pengukuran pada penilaian. Misalnya kita melakukan kegiatan pengukuran terhadap kemampuan apresiasi sastra peserta didik pada suatu sekolah, tetapi untuk apa hasil pengukuran itu jika tidak ada tujuan untuk mengukur kompetensi tertentu, misalnya karena kurikulum sekolah itu tidak mencantumkan mata pelajaran atau pokok bahasa kesastraan. Sebaliknya, jika kurikulum mencantumkannya, bagaimana kita dapat mengetahui tingkat kemampuan apresiasi sastra para peserta didik jika tidak ada kriteria pencapaian yang dijadikan acuan penafsiran. Adanya tujuan yang jelas dan kriteria tertentu merupakan bagian tidak terpisahkan dari kegiatan penilaian. Dengan kata lain, kegiatan pengukuran baru mempunyai arti setelah dikaitkan dengan tujuan kegiatan penilaian.

Asesmen. Selain istilah penilaian kini juga popular istilah asesmen (assessment) dan orang yang melakukan asesmen disebut sebagai asesor seperti dalam kegiatan sertifikasi guru dan dosen. Bahkan, untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik kini orang cenderung memakai istilah asesmen daripada penilaian. Istilah penilaian dianggap menyaran pada makna yang yang lebih luas dan umum, sedang asesmen lebih fokus pada penyadapan informasi tentang peserta didik berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Buku penilaian hasil belajar pun dewasa ini banyak yang memergunakan istilah asesmen. Misalnya, Language Assessment, Principles and Classroom Practices (Brown, 2004), Authentic Assessment Toolbox (Mueller, 2008), Classroom Assessment, What Teachers Need to Know (Popham, 1995), dan lain-lain.

Menurut Popham (1995:3) asesmen pendidikan merupakan sebuah usaha formal untuk menentukan status peserta didik berkenaan dengan berbagai variasi pendidikan yang menjadi perhatian guru. Di pihak lain, menurut Airasian (1991:3) asesmen merupakan proses pengumpulan, penafsiran, dan sintesis informasi untuk membuat keputusan. Dengan demikian, pengertian asesmen menurut Airasian sebenarnya tidak berbeda dengan pengertian penilaian sebagaimana dikemukakan Gronlund dan sejumlah tokoh yang akan dikemukakan di bawah.

Asesmen terkait langsung dan menjadi bagian dengan proses pembelajaran dan dilakukan secara berkelanjutan selama berlangsungnya proses pembelajaran tersebut. Dengan asesmen proses berbagai kegiatan peserta didik akan dapat dipantau dan dapat dijadikan bukti dan informasi yang diperlukan dalam penilaian. Jadi, asesmen dilakukan baik secara informal maupun formal baik lewat pengamatan, penugasan, maupun tes dan lain-lain yang dapat memberikan informasi otentik tentang peserta didik. Dengan demikian, tes yang dimaksudkan untuk mengukur kompetensi peserta didik berkaitan dengan hasil pembelajaran, hanyalah bagian dari asesmen. Menurut Brown (2004:6) semua tes bersifat formal, tetapi tidak semua asesmen formal merupakan tes. Misalnya, asesmen protofolio dan proyek.

Hakikat Penilaian dan Komponen Penilaian

Kegiatan penilaian pendidikan dalam pembelajaran di sekolah merupakan sebuah kegiatan yang kompleks dan melibatkan banyak aspek dan aktivitas di dalamnya.  Orang mungkin beranggapan bahwa penilaian tidak lain sekadar pemberian nilai. Pemberian nilai (grading) memang merupakan sebagian dari kegiatan penilaian, tetapi penilaian lebih dari sekadar pemberian nilai. Penilaian memang dapat diartikan sebagai pemberian pertimbangan atau nilai (grading, valuing, value judgement) yang dalam dunia pendidikan dapat berarti memertimbangkan hasil belajar peserta didik, cara pembelajaran guru,  kegiatan pembelajaran, kurikulum atau program pendidikan, dan sebagainya.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (hlm.4) dikemukakan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan dan pengelolaan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Informasi merupakan hal-hal yang terkait tentang peserta didik yang dalam hal ini dapat berwujud skor hasil penilaian, hasil pengamatan, hasil penugasan, dan lain-lain. Informasi itu sendiri dapat diperoleh misalnya lewat pemberian tes. Jadi, untuk dapat menilai hasil belajar peserta didik, dibutuhkan data-data skor hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, pemberian nilai kepada peserta didik dapat dilakukan secara objektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun