Materi-materi pembelajaran adalah komponen kunci dalam program bahasa. Apakah guru menggunakan buku pelajaran atau tidak, secara institusi biasanya disediakan materi-materi sebagai dasar bagi pebelajar dan praktik berbahasa di dalam kelas. Bagi guru-guru yang kurang berpengalaman, materi-materi pembelajaran bisa menjadi latihan, karena materi-materi itu menyediakan gagasan bagaimana merencanakan dan mengajar sesuai dengan formatnya. Mereka memerlukan: (1) Materi-materi tercetak, seperti buku, buku catatan, lembar kerja, atau buku bacaan. (2) Materi-materi non-cetak, seperti kaset atau bahan-bahan audio, vidio, atau materi-materi yang berbasis komputer. (3) Materi-materi perpaduan antara cetak dan non-cetak, seperti materi-materi yang bisa diakses internet. Sebagai tambahan, yaitu materi-materi yang tidak didesain untuk pembelajaran, seperti majalah, koran, dan TV. Baca selengkapnya juga ...
Cunningsworth (1995,7) meringkas peranan materi-materi dalam pembelajaran bahasa (khususnya buku pelajaran), yaitu (a) Sumber dalam penyajian materi, (b) Sumber aktivitas bagi pebelajar dalam praktik dan komunikasi interaktif, (c) Sumber referensi bagi pebelajar dalam tata bahasa, kosa kata, dan sebagainya, (d) Sumber perangsang dan gagasan dalam aktivitas kelas, (e) Silabus, dimana para guru merefleksikan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, dan (f) Bantuan bagi guru yang belum berpengalaman dan kurang percaya diri.
Beberapa guru menggunakan materi-materi pembelajaran sebagai sumber pokok dalam pembelajaran. Materi-materi itu menyediakan dasar isi pelajaran, keseimbangan ketrampilan pengajaran, dan bermacam-macam praktek berbahasa siswa. Pada situasi yang lain, materi-materi pembelajaran melayani secara dasar untuk tambahan pengajaran guru. Bagi pebelajar, materi-materi pembelajaran menyediakan sumber utama mereka ketika sudah tidak berhubungan lagi dengan guru. Pembahasan dalam bab ini terfokus seputar buku pelajaran bahasa Inggris (material printed).
Materi-Materi Asli Versus Materi-Materi Buatan
Dalam merencanakan program bahasa, biasanya satu hal yang menjadi perdebatan dan perlu diputuskan adalah apakah menggunakan materi-materi asli atau buatan. Materi-materi asli (authentic materials) merujuk pada naskah-naskah, foto, vidio, dan sumber lainnya yang tidak disiapkan secara khusus untuk tujuan pendidikan. Sedangkan materi-materi buatan (created materials) merujuk pada buku pelajaran atau yang lainnya yang secara khusus dikembangkan sebagai sumber pembelajaran. Keduanya sering diperdebatkan, meskipun pada dasarnya authentic materials pun bisa dijadikan sebagai sumber pembelajaran karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
- Memiliki pengaruh positif dalam memotivasi pebelajar, karena pada hakekatnya bisa jadi lebih menarik dan lebih memotivasi dari pada created material.
- Menyediakan informasi kebudayaan yang asli.
- Menyediakan pembongkaran untuk menyatakan bahasa dibanding naskah buatan yang ditemukan dalam created material, khususnya tulisan untuk mengilustrasikan aturan-aturan tata bahasa dan tipe wacana.
- Menghubungkan kebutuhan siswa di dalam kelas dengan dunia nyata.
- Mendukung pendekatan yang lebih kreatif untuk pengajaran. Misalnya guru bisa memgembangkan potensi sebagai guru, mengembangkan aktivitas dan tugas yang cocok dengan gaya pengajarannya dan gaya belajar siswa.
Adapun kritik dengan penggunaan authentic materials adalah:
- Created materials juga bisa memotivasi siswa, misalnya dengan mendesain majalah yang menarik sehingga akan lebih membangkitkan motivasi siswa.
- Authentic materials sering berisi bahasa yang sulit dan tidak ada daftar kosa kata yang sering dibutuhkan.
- Menggunakan authentic materials adalah beban bagi guru, karena ia harus mengkompromikan antara aktivitas-aktivitas dan tugas dengan materi yang ada.
- Created material dibuat sesuai dengan silabus, karenanya menyediakan ulasan yang sistematis terhadap item-item pengajaran.
Dalam prakteknya, guru menggunakan kedua jenis materi-materi ini secara bersama-sama dalam program bahasa, karena keduanya memiliki keuntungan dan keunggulan dalam batas-batas tertentu.
Buku Pelajaran (Textbooks)
Heines (1996:27) menggolongkan buku-buku pelajaran bahasa Inggris antara dulu dan sekarang, yaitu:
Dulu Sekarang
~ terpusat pada pengarang dan akademi ~ mudah ditemukan di pasar
~ terfokus di Eropa ~ menjangkau di luar Eropa
~ kemungkinan rugi rendah ~ kemungkinan rugi tinggi
~ miskin desain ~ kaya desain
~ kebudayaan dan metodologi asli ~ sesuai dengan situasi pembelajaran
~ untuk kepentingan bahasa itu sendiri ~ untuk tujuan yang lebih khusus
~ naskah dan tugas buatan ~ authencity
~ Jilid tunggal ~ multikomponen/multimedia
Buku pelajaran digunakan secara berbeda dalam program bahasa. Misalnya buku bacaan (reading textbook) yang menyediakan bacaan dan latihan, digunakan sebagai dasar dalam pelajaran ketrampilan membaca. Demikian halnya dengan a writing textbook, a grammar textbook, dan a speaking textbook.
Pada dasarnya menggunakan buku pelajaran yang diperdagangkan memiliki keuntungan dan kerugian, tergantung bagaimana menggunakan dan dalam konteks mana ia digunakan. Keuntungannya adalah :
- Menyediakan susunan dan silabus yang sesuai dengan program.
- Membantu dalam standarisasi pembelajaran. Siswa dalam kelas yang berbeda memperoleh materi yang sama dan bisa diuji dengan cara yang sama pula.
- Memelihara kualitas. Buku pelajaran itu merupakan hasil dari ujicoba dan evaluasi.
- Menyediakan sumber belajar yang bervariasi. Misalnya, buku pelajaran yang disertai dengan CD dan kaset, CD-ROM, petunjuk pengajaran yang komprehensif dan menyediakan sumber bagi guru dan pebelajar yang kaya dan bervariasi.
- Efisien
- Menyediakan model bahasa yang efektif
- Bisa melatih guru
- Didukung daya tarik visual
Di samping memiliki keuntungan seperti tersebut di atas, buku pelajaran juga bisa berpengaruh negatif, misalnya: (a) Bisa jadi berisi bahasa asli (origin), misal dengan teks, dialog, atau aspek lain yang tidak representatif dan sesuai dengan kondisi bahasa nyata, (b) Bisa jadi tidak merefleksikan kebutuhan siswa, (c) Mahal, (d) Tidak mencerdaskan guru, dan (e) Mendistorsi isi.
Evaluasi Buku Pelajaran (textbooks)
Sebelum melaksanakan evaluasi buku pelajaran, beberapa kisi-kisi perlu dibuat misalnya:
Peranan buku pelajaran itu dalam program bahasa:
- Apakah buku itu digunakan untuk kelas kecil atau kelas besar?
- Apakah pebelajar sebaiknya membeli buku kerja atau buku itu sudah menyediakan latihan praktik yang siswa butuhkan?
- Apakah buku itu menyediakan materi inti program atau memerlukan buku lain yang berbeda?
- Apakah di dalam buku itu dikembangkan kurikulum yang mendeskripsikan tujuan silabus dan isi program?
Tentang guru dalam program bahasa:
- Seberapa pengalaman guru dalam program itu, atau sampai level berapa?
- Apakah mereka orang asli Inggris atau tidak? Seberapa bagus mereka berbahasa Inggris?
- Apakah guru menggunakan buku itu secara sederhana sebagai sumber?
- Apakah guru bebas menyesuaikan dan menambah materi buku?
Pebelajar dalam program bahasa:
- Apakah semua siswa wajib membeli buku?
- Apakah mereka menggunakan buku itu di kelas atau di rumah?
- Bagaimana mereka menggunakan buku itu di kelas? Apakah buku itu menjadi sumber utama dalam aktivitas kelas?
- Seberapa banyak mereka menyiapkan uang untuk membayar buku itu?
Perlu juga dinyatakan bahwa buku pelajaran yang tidak dikomersialkan tidak akan pernah sempurna untuk program bahasa. Dua faktor yang mestinya dilibatkan dalam pengembangan buku pelajaran yang dikomersialkan adalah: buku itu merepresentasikan perhatian pengarang dan penerbit (Byrd: 1995; Werner, et al. 1995). Pada umumnya pengarang berkonsentrasi untuk memproduksi naskah dimana para guru akan dapat menemukan inovasi, kreasi, yang relevan bagi kebutuhan siswa, dan mereka akan senang dalam mengajar. Pengarang juga berharap bahwa bukunya akan sukses dan meraup keuntungan karena besarnya investasi. Sedangkan penerbit pada dasarnya mendorong dengan menyediakan dana.
Kriteria dan evaluasi buku pelajaran
Cunningsworth (1995) mengajukan 4 kriteria dalam evaluasi buku pelajaran, yaitu:
- Buku itu sebaiknya sesuai dengan kebutuhan pebelajar dan tujuan program pembelajaran bahasa.
- Buku itu sebaiknya merefleksikan penggunaan masa kini dan yang akan datang dimana pebelajar akan memakainya. Buku itu dipilih supaya membantu siswa menggunakan bahasa secara efektif.
- Buku itu sebaiknya memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan dan memfasilitasinya dalam proses belajar, tanpa memaksakan sebuah metode yang kaku.
- Buku itu sebaiknya memiliki peranan yang jelas sebagai bantuan dalam pembelajaran. Seperti guru, buku menjadi mediator antara target bahasa dan pebelajar.
Mengadaptasikan Buku Pelajaran (textbooks)
Sebagian besar guru bukanlah seorang kreator materi-materi pengajaran, tetapi penyedia materi-materi yang bagus. Dudley-Evans and St. John (1998:173) menyarankan bahwa penyedia materi yang bagus akan: (a) Memilih dengan tepat dari apa yang tersedia, (b) Kreatif dari apa yang tersedia, (c) Memodifikasi aktivitas-aktivitas untuk menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan siswa, dan (d) Membantu dengan menyediakan aktivitas-aktivitas tambahan.
Buku pelajaran jarang digunakan tanpa sebelumnya ada adaptasi untuk lebih menyesuaikan dengan konteks dimana buku itu akan mereka gunakan. Bentuk-bentuk adaptasi itu antara lain:
- Modifikasi isi, isi bisa dirubah karena tidak sesuai dengan target pebelajar, mungkin karena beberapa faktor yang berhubungan dengan pebelajar, misal: umur, gender, kelas sosial, pekerjaan, agama, serta latar belakang budaya.
- Penambahan dan penghapusan isi, isi buku bisa jadi terlalu banyak atau terlalu sedikit bagi program bahasa.
- Mengorganisasi ulang isi, seorang guru bisa mengorganisasi ulang silabus buku atau menyusun unit-unit yang ada sehingga sesuai dengan pembelajaran.
- Memodifikasi tugas, latihan-latihan bisa dirubah agar lebih fokus.
- Memperluas tugas.
- Penghilangan, guru bisa menghilangkan item-item yang ada kalau dirasa tidak penting.
Menyiapkan Materi untuk Program Pembelajaran
Dalam pengembangan materi program bahasa harus dipertimbangan keuntungan dan kerugiannya.
Keuntungan
Keuntungan pengembangan komponen materi program meliputi:
- Relevansi, materi dapat diproduksi yang secara langsung sesuai dengan kebutuhan siswa dan lembaga dan merefleksikan isi lokal, isu, dan keprihatinan.
- Mengembangkan keahlian, mengembangkan materi dapat membangun keahlian antar staf, dan memberikan mereka pemahaman yang banyak mengenai karakteristik materi yang efektif.
- Reputasi, secara lembaga materi yang dikembangkan dapat mempertinggi penyediaan pengembangan materi khususnya bagi siswanya.
- Fleksibelitas, materi yang diproduksi dalam lembaga dapat diperbaiki atau diadaptasi sesuai dengan kebutuhan, yang bisa memberikan fleksibilitas yang tinggi dari pada buku pelajaran komersial.
Kerugian
Beberapa kerugian juga harus dipertimbangkan sebelum memulai pengembangan materi, antara lain:
- Biaya, kualitas materi membutuhkan waktu untuk memproduksi dan staf yang cukup sebagaimana sumber yang ingin dialokasikan untuk beberapa proyek.
- Kualitas, materi yang dibuat guru umumnya tidak sama dengan standar desain dan produksi sebagaimana materi-materi yang dikomersialkan, oleh karena itu kesannya berbeda dengan materi-materi yang dikomersialkan.
- Pelatihan, untuk menyiapkan guru-guru yang menulis proyek materi, membutuhkan pelatihan. Penulisan materi adalah ketrampilan khusus dan penulis materi yang potensial membutuhkan kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan. Pelatihan dapat mengembangkan tujuan ini.
Sifat Dasar Pengembangan Materi
Sifat dasar pengembangan materi juga penting untuk dipahami jika akan membuat materi yang berkualitas. Dudly-Evans and St. John (1998:173) mengamati bahwa kecil perbandingan guru yang baik yang juga menjadi perancang materi pelajaran yang baik pula. Kebanyakan guru meremehkan pengembangan materi pengajaran komersial. Penyiapan materi pengajaran yang efektif sama halnya untuk pemrosesan yang dilibatkan dalam perencanaan dan pengajaran materi. Tujuannya adalah untuk membuat materi yang dapat menjadi sumber pembelajaran yang efektif. Penulis mulai dengan tujuan pembelajaran kemudian mencoba membuat seperangkat aktivitas yang memungkinkan tujuan dapat dicapai. Shulman’s (1987:15) melihat bahwa aktivitas pokok pengajaran menggunakan proses pengembangan materi. Dia mendeskripsikan perubahan dalam proses pengembangan ini, antara lain:
- Persiapan, penafsiran dan analisis teks, penyusunan dan pembagian, dan klarifikasi tujuan.
- Pengambaran.
- Pemilihan, memilih di antara judul-judul pembelajaran yang terdiri dari model pengajaran, organisasi, manajemen, dan penyusunan.
- Adaptasi dan penyesuaian karakteristik siswa, mempertimbangkan konsepsi, prakonsepsi, miskonsepsi dan kesulitan, bahasa, budaya dan motivasi, kelas sosial, gender, umur, sikap, konsep diri, dan lain-lain.
Pengembangan materi dan tujuan pengajaran kelas adalah untuk mengembangkan serangkaian aktivitas yang memudahkan guru dan pebelajar melalui rute pembelajaran. Materi yang baik memungkinkan guru banyak berbuat dalam pengajarannya. Menurut Rowntree (1997:92) materi-materi itu harus (a) Menimbulkan ketertarikan siswa, (b) Mengingatkan mereka untuk lekas belajar, (c) Memberitahu mereka apa yang akan mereka pelajari selanjutnya, (d) Menjelaskan isi pengajaran yang baru, (e) Mengkaitkan gagasan pebelajar sebelum belajar, (f) Menyuruh siswa untuk memikirkan materi baru, (g) Membantu siswa untuk memperoleh feedback dalam belajarnya, (h) Mendorong mereka untuk praktek, (i) Memungkinkan mereka untuk memeriksa kemajuan yang telah dicapainya, (j) Menyakini apa yang mereka kirakan untuk dilakukan, dan (k) Membantu mereka untuk lebih baik.
Keputusan dalam mendesain materi
Ketika proses penulisan dimulai, selanjutnya memutuskan tentang memilih tenaga dan sumber dan memilih tipe latihan.
Memilih tenaga dan sumber
Input berkenaan dengan apa saja yang memprakarsai proses belajar dan respon siswa dalam menggunakan materi. Beberapa contoh pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang berbeda, yaitu:
Materi grammer, apakah materi tata bahasa akan ditampilkan terus dalam teks, kutipan percakapan, atau dalam ungkapan-ungkapan? Bagaimana materi tata bahasa ini dipilih?
Materi listening, apakah sumber listening direkam dari sumber nyata, materi teks dalam topik yang berbeda atau campuran dari keduanya.
Materi reading, teks macam apa yang akan siswa baca (seperti artikel majalah, artikel koran, atau kutipan dari buku), dan bagaimana teks-teks itu dipilih?
Materi writing, apakah siswa akan ditunjukkan komposisi contoh-contoh yang berbeda? Apakah akan dicontohkan dengan teks riil atau dengan teks khusus?
Materi speaking, apakah sumber aktifitas speaking yang digunakan? Apakah dialog, rekaman, teks, topik, gambar situasi, atau apa saja bisa digunakan, dan bagaimana sumber-sumber itu dipilih?
Kerap kali penulis memulai dengan sumber yang diambil dari majalah, buku-buku, internetm televisi atau radio. Bagimanapun hal ini penting untuk memperoleh sumber yang banyak untuk materi pembelajaran.
Memilih model-model latihan
Salah satu keputusan paling sulit dalam penulisan adalah memutuskan tipe latihan apa yang akan digunakan. Pesoalannya ialah bagaimana membuat latihan yang mengajak pebelajar dalam menggunakan ketrampilan-ketrampilan berbahasa dan menghubungkan proses yang dihubungkan dengan tujuan pengajaran bahasa yang spesifik. Oleh karena itu, meninjau tipe-tipe latihan yang digunakan dalam buku pelajaran komersial mutakhir adalah titik awal yang bagus.
Sebagai contoh Ricards (1990), tipe latihan dihubungkan dengan tipe ketrampilan listening yang berbeda, dengan langkah: (a) Exercises that develop “top-down” listening dan (b) Execises that involve listening for interactional purpose. Sedangkan Grellet (1981) mengklasifikasikan latihan intensif yang disebut “Understanding Meaning” untuk ketrampilan reading, yaitu: (a) Involving a nonlinguistic respone to the text (b) Involving a linguistic response to the text.
Manajemen Proyek Penulisan Materi (textbooks)
Proyek penulisan materi memiliki dimensi dan cakupan yang berbeda. Di satu sisi bisa jadi menjadi tanggung jawab guru itu sendiri atau bisa diserahkan pada tim penulis. Mengatur proyek penulisan yang berbasis tim mencakup hal-hal berikut ini:
- Memilih tim, berapa orang yang akan masuk tim dan apa peran dan tanggung jawabnya? Proyek kecil atau besar? Kalau kecil bisa jadi hanya terdiri 2 sampai 3 orang penulis. Kalau besar bisa jadi lebih dari itu yang terdiri dari direktur, penulis, spesialis media, editor, ilustrator dan desainer.
- Merencanakan langkah-langkah penyusunan materi, yang terdiri: draf pertama, revisi, draf kedua, revisi, ujicoba, revisi final.
- Mengidentifikasi peninjau buku, kritik buku dari para peninjau buku bisa jadi menjadi masukan penting dalam penyusunan materi. Untuk proyek lembaga, bisa dilakukan dengan cara meminta para guru kelas untuk memberi masukan/kritik dari draf materi yang sudah jadi. Sedangkan untuk buku komersial bisa dari editor maupun peninjau buku.
- Merencanakan waktu penulisan
- Uji coba materi, bisa dilakukan dengan grup siswa yang representatif atau para guru. Hal ini untuk menjawab beberapa pertanyaan, antara lain: Apakah materi-materinya sudah komprehensif? Apakah sudah menjawab kebutuhan-kebutuhan siswa? Apakah jumlah materi praktik sudah cukup? Apakah materi sudah cuku menarik? Dan lain lain.
- Desain dan produksi
Mengamati Penggunaan Materi
Mencari informasi mengenai bagaimana atau sejauh mana guru menggunakan buku pelajaran atau materi pengajaran lain dalam pembelajaran merupakan hal penting. Informasi-informasi itu bisa diperoleh dengan cara:
- Observasi, dengan melakukan kunjungan kelas untuk melihat bagaimana guru mengunakan materi dan sejauhmana pengaruh materi itu dalam pembelajaran dan interaksi kelas.
- Feedback session, berdiskusi dengan guru terkait dengan pengalaman mengajar dengan materi.
- Laporan, guru membuat laporan dan saran-saran sejauhmana penggunaan materi dalam pembelajaran.
- Resensi, bisa jadi dari guru atau yang lainnya terkait sejauhmana pengalamanan dengan materi, apakah mereka suka atau tidak dengan materi.
- Resensi siswa, komentar siswa mengenai pengalaman mereka dengan materi.
Informasi-informasi di atas bertujuan untuk membuktikan bahwa dengan materi ini pembelajaran akan lebih efektif, memperoleh tanggapan terhadap materi, untuk membantu guru lain dalam menggunakan materi ini, dan lain-lain.
ANALISIS
Dari bidang Teknologi Pembelajaran
Buku pelajaran adalah sumber pendukung untuk belajar. Sumber merupakan salah satu komponen teknologi pembelajaran. Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktik desain, pengembangan, pemakaian, managemen dan evaluasi proses dan sumber untuk belajar (AECT:1994). Sumber dapat mencakup apa yang tersedia untuk membantu individu belajar dan berkiprah secara kompeten. Di dalamnya tercakup sistem, materi, orang, pendanaan, fasilitas, dan lingkungan pembelajaran (Seels:1994,10).
Misi utama textbook adalah membantu, memicu dan memacu, proses belajar serta memberikan kemudahan atau fasilitas belajar. Pemberian fasilitas tersebut dilaksanakan dengan jalan mendesain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan mengevaluasi proses dan sumber belajar (Gafur:2004).
Sumber belajar yang meliputi pesan, orang, bahan (textbook), peralatan, teknik, dan tempat dapat dibedakan menjadi menjadi dua jenis, yaitu (a) Sumber belajar yang direncanakan (by design), yaitu sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai “komponen sistem instruksional” untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal, dan (b) Sumber belajar karena dimanfaatkan (by utilization), yaitu sumber-sumber yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasikan, dan digunakan untuk keperluan belajar (AECT:1994).
Buku pelajaran (textbook) merupakan salah satu hasil dari teknologi cetak. Di dalamnya mencakup teks, grafis, dan sajian atau reproduksi foto. Teknologi cetak adalah cara-cara untuk memproduksi atau menyebarkan materi (Seels:1994,45). Materi dalam buku pelajaran memberikan dasar baik untuk perkembangan maupun pemakaian kebanyakan materi pembelajaran yang lain. Buku pelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:
(a) Teks-teks dibaca secara linier, sedangkan visual disajikan secara spesial.
(b) Merupakan media satu arah, yaitu komunikasi reseptif.
(c) Merupakan visual statis.
(d) Pengembangan keduanya bergantung pada prinsip-prinsip kebahasaan dan persepsi visual.
(e) Berpusat pada pebelajar, dan
(f) Informasi dapat diorganisasi dan ditata oleh pemakai.
Sejak awal pertumbuhannya, buku pelajaran sebagai produk teknologi pembelajaran telah dirasakan manfaat atau keuntungannya. Alzalnia (dalam Gafur: 2004) menyimpulkan 6 keuntungan teknologi pembelajaran, yaitu: (a) Instructional Technology can increase the output of the educational system in term of both quality and quantity, (b) Instructional Technology can individualize both instructional and learning, (c) Instructional Technology can place the development of instructional on a more scientific base, (d) Instructional Technology can use more powerful techniques to obtain planned objectives, (e) Instructional Technology can accelerete the learning process analisis make learning more easier than conventional methods, dan (f) Instructional Technology can provide easy access to information source and exiting knowledge for all people at different ages and with various interests.
Sedangkan Presidential Commision on Instructional Technology tahun 1969 mengidentifikasikan kegunaan potensial teknologi pembelajaran, yaitu bahwa teknologi pembelajaran membuat pembelajaran produktif, individual, ilmiah, berdaya mampu tinggi, akrab, dan merata (Miarso,1987:10).
Dari uraian tersebut nampak jelas bahwa keberadaan buku pelajaran memiliki peranan yang cukup signifikan dalam proses pembelajaran, terlebih dalam pembelajaran bahasa. Namun demikian, kita juga harus menyadari bahwa dalam penggunaannya pun, buku pelajaran tak lepas dari berbagai kekurangan dan kelebihannya. Hal demikian mengingat betapa luas cakupan disiplin ilmu bahasa, termasuk ketrampilan-ketrampilan yang harus dikuasi, baik ketrampilan menulis, membaca, mendengar, dan percakapan. Sebuah buku pelajaran barangkali sesuai untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca teks, namun belum tentu sesuai untuk meningkatkan komptensi siswa dalam ketrampilan lainnya. Oleh sebab itu, betapapun sempurnanya sebuah buku pelajaran, ia tetaplah buku pelajaran yang berfungsi sebagai alat bantu dan memerlukan alat bantu lainnya agar lebih sempurna. Di sinilah pentingnya menggabungkan atau memadukan beberapa media pembelajaran.Dari Bidang Pengembangan Kurikulum
Untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran urutan, aturan, dan integrasi kegiatan-kegiatan pembelajaran perlu diorganisasi sedemikian rupa. Organisasi kurikulum penting sekali karena kaitan-kaitan antara kegiatan-kegiatan belajar dan materi pelajaran satu sama lain akan menimbulkan dampak yang berbeda baik tentang apa yang dipelajari maupun cara bagaimana bahan, konten, atau materi tertentu dipelajari (Ansyar: 1989,122). Organisasi kurikulum juga akan berdampak lain dalam mengajarkan sesuatu konten atau materi tertentu kalau dilengkapi dengan kegiatan tambahan, seperti latihan, praktek lapangan, atau penguatan tentang konsep atau ketrampilan tertentu (Mc Neil dalam Ansyar:1989,122)
Dalam organisasi kurikulum ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yakni ruang lingkup (scope), urutan (squance), dan penempatan bahan (grade placement). Ruang lingkup bahan adalah keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang akan diberikan dari suatu mata pelajaran atau dari suatu pokok bahasan tertentu. Urutan bahan adalah penyusunan bahan pelajaran menurut aturan tertentu secara berurutan supaya sistematis dan memudahkan penyampaian maupun penangkapan oleh para siswa atau rangkaian materi, konten atau kegiatan belajar yang dipresentasikan kepada para anak didik. Sedangkan penempatan bahan pelajaran adalah penempatan beberapa bahan pelajaran untuk kelas tertentu (Hamalik,1990:103-104; Ansyar,1989:126).
Schubert (dalam Ansyar,1989:125) memaparkan 6 kriteria penentuan urutan yaitu (a) Presentasi menurut buku teks, guru hanya mengikuti saja organisasi dan urutan materi dan konten kurikulum seperti yang tertera dalam buku pelajaran, (b) Preferensi guru, para guru menentukan sendiri susunan dan urutan materi yang diajarkannya sesuai dengan pertimbangan logika, psikologis atau profesional masing-masing, (c) Struktur disiplin ilmu, bahwa disiplin ilmu diasumsikan memiliki struktur yang melekat, termasuk urutan materu kurikulum, (d) Minat anak didik, urutan materi harus berdasar pada pengertian bahwa suatu pengetahuan akan sangat relevan kalau pengetahuan itu diminati dan dipelajari sendiri oleh pelajar karena sesuai dengan minat dan keinginannya, (e) Hirarkhi belajar, bahwa urutan harus sesuai dengan apa yang diketahui dari teori-teori belajar, misal: belajar harus barangkat dari hal-hal yang sederhana menuju hal-hal yang lebih kompleks, dan (f) Perkembangan, konten atau kegiatan belajar yang diberikan pada pebelajar harus sesuai dengan tingkat kematangan mereka, baik pada aspek kognitif maupun moral.
Gunter (1990) memberikan beberapa kriteria dalam memilih materi pembelajaran, yaitu: (1) Tekanan [Emphasis], apakah ide pokok materi secara jelas telah ditetapkan bagi pebelajar dan apakah ide-ide itu memberikan tekanan yang tepat pada tujuan materi?, (2) Kesatuan [Unity], apakah semua ide dalam materi secara jelas telah ditetapkan untuk mengkhususkan ide-ide pokok dan poin-poin utama materi?, (3) Hubungan [Coherence], apakah ide-ide dalam teks secara jelas dihubungkan secara bersama-sama dan secara logika?, (4) Pengulangan dan perluasan [Repetition and elaboration], apakah materi itu hadir dengan konsep baru dalam hubungannya dengan konsep-konsep sebelumnya?, (5) Kosa kata yang tersedia [Appropriate Vocabulary], apakah kosa-kata yang dinyatakan cocok untul level siswa sekolah menengah?, (6) [Audeience Appropriateness], (7) Bentuk [Format], apakah bentuk teks memudahkan pembaca secara komprehensif?, dan (8) Mutu pertanyaan [Caliber of Question], apakah pertanyaan-pertanyaan menyertai materi pembelajaran, jika ia, apakah ditulis untuk mendatangkan banyak tingkat berfikir?
Dari sisi pengembangan kurikulum, seperti nampak dalam uraian di atas, buku pelajaran harus disusun berdasarkan urutan. Urutan adalah salah satu cakupan dalam organisasi kurikulum, selain aturan dan integrasu kegiatan-kegiatan belajar. Organisasi kurikulum memiliki arti penting karena kaitan-kaitan antara kegiatan-kegiatan belajar dan materi pelajaran satu sama lain akan menimbulkan dampak yang berbeda, baik tentang apa yang dipelajari maupun cara bagaimana bahan, konten, atau materi tertentu dipelajari.
Dari Bidang Desain Materi Pembelajaran
Lourdes (1995) mengemukakan bahwa sebelum mendesain materi pembelajaran (bahasa) harus menempatkan fondasinya terlebih dahulu yang akan memberikan dasar pemikiran materi apa yang akan kita hasilkan. Fondasi itu terdiri dari 3 konsep, yaitu teori tentang apa itu bahasa, teori bagaimana kita belajar bahasa, dan tujuan pendidikan.
Sedangkan menurut Rodgers (1995) dalam mendesain materi pembelajaran harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: (a) Pertimbangan pengetahuan, mencakup bentuk input dan output materi pembelajaran, tipe bahasa dan teks apa yang akan dihasilkan sebagai input bagi pebelajar untuk belajar dan praktek dan kemampuan bahasa macam apa sebagai output yang akan ditunjukkan pada akhir pembelajaran. (b) Pertimbangan pembelajaran, ini mencakup tidak saja pada para guru sebagai perencana, tetapi juga profesional, spesialis materi, staf, dan sebagainya. Pertimbangan pembelajaran juga mencakup bentuk materi dan program, teknologi, lingkungan pendidikan, penyusunan time schedule, guru, sponsor, administrator, dan sebagainya. (c) Pertimbangan pebelajar, mencakup umur, level kecakapan, tingkat perkembangan pebelajar, latar belakang sosial siswa, dan sebagainya. (d) Pertimbangan administrasi.
Berdasarkan teori, David Hall (1995) mengemukakan bahwa sebelum merencakan materi pembelajaran bahasa, kita harus bisa menjawab pertanyaan, apa yang difikirkan seseorang ketika belajara bahasa?. Secara umum, seseorang belajar bahasa karena kebutuhan untuk bisa berkomunikasi, kebutuhan akan tujuan jangka panjang, kebutuhan akan keaslian (authenticity), dan kebutuhan akan student-centredness.
Dari aspek desain, jelas bahwa untuk mendesain materi pembelajaran banyak hal yang harus diperhatikan, baik pengetahuan, guru, siswa dan lain sebagainya. Semuanya harus dipertimbangkan agar materi-materi yang telah dihasilkan tersebut dapat mengantarkan siswa menguasai tujuan-tujuan pembelajaran.
REKOMENDASI
Dari pembahasan bab tersebut dan analisis yang cukup mendalam, penyusun menyampaikan beberapa rekomendasi, sebagai berikut:
- Buku pelajaran sebagai salah satu media, hendaknya digunakan dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa secara maksimal.
- Kepada para guru bidang studi bahasa atau pun bidang studi lainnya, hendaknya mempertimbangkan secara mendalam sebelum menentukan sebuah buku pelajaran digunakan dalam proses pembelajaran.
- Hendaknya para guru tidak mengacu secara literal (apa adanya) apa yang terkandung dalam sebuah buku pelajaran. Para guru dituntut untuk memilih dan memilah materi-materi yang disajikan dalam sebuah buku yang sesuai dengan materi-materi yang menunjang peningkatan kompentensi siswa.
- Bagi para penerbit buku-buku pelajaran, hendaknya jangan sampai hanya mementingkan aspek komersialnya saja (mengejar laba yang banyak), tanpa mempertimbangkan aspek mutu, kualitas, ekonomi orangtua siswa, guru, dan sebagainya.
- Dalam beberapa kondisi yang tidak memungkinkan, apakah kemampuan guru yang minim untuk bisa menyusun sebuah buku pelajaran atau faktor-faktor lainnya, hendaknya ada kerjasama yang harmonis antara penerbit, guru, siswa, dan orangtua.
- Buku ini layak untuk dibaca oleh para penyusun maupun pengembang materi-materi pembelajaran (buku teks) sebagai landasan praktek desain materi-materi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gafur. (2004). Peranan Teknologi Pembelajaran Dalam Proses Belajar-Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Abdul Gafur. (1994). Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
AECT. (1994). Instructional Technology; The Definition and Domains of the Field. Washington, DC: AECT.
Araceli C. Hidalgo. Dkk. (1995). Getting started: Materials Writers in Materials Writing. Singapore: Seameo Regional Language Centre.
David Pratt. (1980). Curriculum; Design and Development. San Diego: Harcourt Brace Jovanovich, Publishers.
Mary Alice Gunter, dkk. (1990). Instruction, A Models Approach. Massachusetts: Allyn and Bacon.
Jack C. Richard. (2001). Curriculum Develepment In Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Mohammad Ansyar. (1989). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud.
Nurhadi. (1995). Tata Bahasa Pendidikan, Landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa. Semarang: IKIP Semarang Press.
Omar Hamalik. (1990). Pengembangan Kurikulum; Dasar-Dasar dan Perkembangannya. Bandung: CV. Mandar Maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H