Anthony Blande, menggoreskan pensilnya di atas kertas putih dengan saksama. Dia terlihat masuk ke dalam imajinasi tentang hari pernikahan yang indah. Sepasang matanya yang hitam, menatap lurus tak berkedip. Bibir cerahnya yang tipis, sesekali meruncing.
Marina memperhatikan pria muda itu dengan takjub. Sangat tidak salah jika aku mempercayakan semuanya pada desainer ini, pikirnya.
Bayangkan, dia hanya mempunyai satu pilihan warna untuk gaun yang akan membalut dirinya, putih. Tetapi Anthony Blande memberinya saran begini dan begitu. Dari alasan yang dikemukakan, Marina tahu dia akan menjadi sangat luar biasa pada hari pernikahannya.
"Setiap orang bekerja dengan insting, yaa?" gadis itu bertanya lirih, khawatir mengganggu pria di depannya.
"Mungkin. Lihat ini!"
Marina menerima buku sketsa yang disodorkan, dia memandanginya penuh haru.
"Aku pasti cantik sekali, ya kan?
*
Sandri berdiri di balkon kamarnya dengan perasaan galau. Hangatnya udara musim semi tak mampu menyemangati jiwanya. Seandainya ini hanya mimpi.
Joanna baru saja memberi kabar kepulangannya. Dia sudah melalui tahun-tahun yang berat untuk meraih apa yang diimpikan kedua orang tuanya.
Kini tiba gilirannya bertemu sang tunangan, Sandri. Pria tampan yang telah menaklukkan hatinya sejak beberapa tahun lalu. Mereka sepakat menggelar pesta pernikahan begitu study-nya selesai.
Tapi siapa yang peduli pada sekerat hati yang dilanda sepi. Hari demi hari seakan berjalan lambat. Sandri tak tahan menunggu selama itu.
Dia merasa dilemparkan dalam ruang yang hampa, dan disudutkan oleh berbagai pertanyaan yang tak berhenti mengganggunya. Apakah tunangannya sama setianya dengan dirinya? Bukankah Joanna terlalu menarik untuk dianggurin pria manapun?
Sandri terus merasa diombang-ambing dengan keraguan. Dia ingin sekali memercayai gadis itu. Mereka sudah berjanji, disaksikan birunya danau ouler kala itu. Dan musim terus berganti, terus menertawainya.
*
Marina adalah gadis cantik berkulit putih yang bekerja di sebuah toko bunga. Suatu hari, Sandri mampir untuk membeli seikat mawar putih untuk adiknya yang sedang terbaring sakit.
Jodoh telah mempertemukan keduanya dalam hubungan cinta. Sandri menyukai Marina karena dia gadis yang lembut dan sabar. Sementara, gadis itu tak bisa hidup lagi tanpa kehadiran Sandri di sisinya.
Hampir dua tahun, keduanya merajut kemesraan sebagai pasangan kekasih. Satu sama lain percaya telah menemukan belahan jiwanya. Mereka pun sepakat akan mengikat janji dalam ikatan suci tepat di akhir November nanti.
Marina merasa sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan memasuki kehidupannya yang baru bersama pria yang dicintainya. Tak ada orang sebaik dan sehangat Sandri. Kedua orang tuanya pun telah memberikan restu.
Pagi-pagi sekali di akhir November, Marina sudah terbangun.
Ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Di luar kamarnya, bunga-bunga bermekaran dibelai matahari pagi.
Gadis itu menatap bayangan dirinya dalam cermin. Sebuah gaun yang sangat menawan dan wajah yang diliputi senyum bahagia. Dia menjadi tak sabar menunggu kedatangan calon suaminya.
Tetapi sesuatu yang tidak diharapkan pun terjadi. Joanna tiba-tiba muncul entah dari mana, dan menghujamkan kata-kata yang menyakitkan untuk didengar.
"Pria yang kau tunggu tidak akan menikah denganmu hari ini. Dia tunanganku dan kami akan menikah pekan depan. Kuharap kau tidak kecewa..."
Seluruh mata menatap tak berkedip. "Siapa dia?"pikir tamu undangan.
Joanna terus melenggang pulang tanpa sedikitpun rasa bersalah. Dengan senyum penuh kemenangan, dia lalu menyindir keluarga Marina. "Aku tidak mengambil miliknya, bukan?"
Seketika dunia terasa gelap bagi gadis itu. Marina tidak dapat menyembunyikan air matanya. Dia tak mengerti mengapa ini harus menimpanya.
Dia berlari meninggalkan semua orang, dan mengacuhkan suara-suara yang menahannya.
Marina akhirnya sampai di tepi lautan, dimana ombak menerjang batuan karang dengan penuh gelora.
Marina terus memikirkan ucapan gadis yang sama sekali tak dikenalnya, dan menangisi hari pernikahannya.
"Apakah Sandri telah menduakannya? Apakah dia dan keluarganya hanya dipermainkan?" bisiknya.
Hatinya semakin kalut. Dia begitu dikecewakan. Dia tidak ingin hidup lebih lama lagi!
*
Sandri mendekap gadis itu. Dia berharap Marina akan segera siuman. Dia rela dihukum apa saja, asal gadis itu mau memaafkannya.
Para medis telah melakukan tugasnya untuk menolong Marina. Sandri berdoa semoga keajaiban akan membangunkan Marina kembali.
"Dimana aku?" bisik gadis itu akhirnya. Matanya terbuka, wajahnya masih terlihat lemah.
Sandri dan semua orang yang menyaksikan turut mengucapkan syukur. Marina telah melewati masa kritisnya.
Pernikahan dilanjutkan. Sandri telah menetapkan pilihannya pada Marina. Dan mereka pun hidup bahagia selamanya.
***
Ayra Amirah untuk Inspirasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H