"Selamat pagi, Nyonya. Rupanya sudah menunggu kami. Ini dia temanku yang kuceritakan, Ryn."
Wanita yang tadi duduk di kursi, beranjak mendekati meja peralatannya. Tak sepatah pun kalimat keluar dari mulutnya, tetapi matanya memperhatikanku begitu rupa.
"Hei, ayo katakan sesuatu!" Lana berbisik sambil mencubit pahaku.
"Selamat siang, Nyonya Mariah, apa kabar..."
Aku menunggu. Dia tak menyahut. Mungkin dia sedang sariawan.
Sambil menyalakan sebatang rokok, wanita itu menunjuk sekat lipat dengan tangannya. Aku tak mengerti apa yang dia maksud.
"Ayo, berganti baju di sana!"
Aku memandang temanku dengan perasaan heran.
"Seharusnya kita bisa istirahat dulu, minum teh atau makan sesuatu untuk mengganjal perut, bukan?" desisku.
Lana menunjukkan rasa gemas. Tapi kenapa?
Baiklah. Mungkin sebaiknya aku melakukan apa yang dikatakan tuan rumah. Kami datang bukan karena sebuah undangan, jadi jangan mengharap semuanya akan luar biasa. Yeah.