“Seorang pasien memaksaku melakukan euthanasia.” Katanya kemudian.
“Wah, jangan mau, Piet. Itu dosa. Sudah ada malaikat Tuhan yang mengemban tugas itu.”
“Aku memang menolaknya. Tetapi dia mengancam hendak bunuh diri.”
“Wah, sebegitu dalam dia tenggelam dalam jurang keputusasaan? Orangtuanya tahu? Eh, penderita penyakit apa dia? Kanker?”
“Korban kecelakaan lalu lintas. Kekasihnya meninggal dalam kecelakaan itu. Dia sendiri harus kehilangan sepasang kaki dan menderita cacat pada wajahnya. Orangtuanya tidak pernah muncul sejak hari pertama dia masuk rumah sakit.”
“Kasihan. Sudah berapa hari?”
“Ini hari ketiga.”
“Kamu harus membantunya, Piet. Kamu harus membantunya menemukan kembali gairah hidup.”
***
Bersambung ke Terbanglah Camar (II)
Siska Dewi untuk Inspirasiana