Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terbanglah Camar (I)

18 Oktober 2022   11:45 Diperbarui: 19 Oktober 2022   16:37 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dan pertolongan dokter akan sia-sia.” Gadis itu berkata dingin. “Saya sendiri yang meminta dokter mengakhiri hidup saya. Saya rela mati, dokter. Dokter tidak berdosa jika melakukannya. Sebaliknya, dokter berjasa membantu saya lepas dari kemelut hidup.”

Peter terpaku. Ia ingin menjelaskan kepada gadis itu bahwa mengakhiri hidup seseorang, apa pun motivasinya, adalah membunuh. Pada hakekatnya, pembunuhan adalah dosa. Karena itu, ia tidak dapat melakukannya. Tetapi, apakah gadis itu mau mengerti?

“Atau dokter lebih senang melihat saya hidup dalam siksaan penderitaan?” Gadis itu tertawa getir. “Dengarkan, dokter yang kejam! Saya bisa saja mengakhiri hidup saya tanpa bantuan dokter.”

Peter mengeluh diam-diam. Tuhan, berilah dia pengharapan, doanya dalam hati. Sebelum meninggalkan kamar pasien itu, berkali-kali Peter berpesan kepada suster yang bertugas agar tidak lengah.

***

Peter menghela nafas Panjang. Ia tersentak dari lamunannya ketika sebuah tepukan lembut mendarat di bahunya.

“Sudah lama, ya?” Tessy tersenyum lalu duduk di samping Peter. “Maaf terlambat. Ada kuis tadi.” Lanjutnya menjelaskan.

Peter menatapnya sejenak. Gadis terkasih, batinnya. Ada berapa banyak gadis yang memiliki semangat dan keceriaan seperti yang kamu miliki?

“Kok muram, Piet?” Tessy menatap wajah Peter dengan saksama. “Pasti ada masalah, ya?” tebaknya.

Sekali lagi Peter menghela nafas. Di mata Tessy, hatinya adalah kaca bening yang tembus pandang.

Gadis terkasih ini selalu dapat membaca dengan tepat apa yang ada di hati Peter, dan Peter tidak pernah mampu membohonginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun