Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisahku di Penjara: Paradoks Nasi Bungkus (Bagian 12)

20 Maret 2022   09:14 Diperbarui: 20 Maret 2022   09:16 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesadaran beragama secara umum bisa dilihat dari seberapa besar upaya dari seseorang atau sekelompok orang untuk bisa menjalankan ajaran agamanya secara utuh. Dalam tataran awam kesadaran beragama itu antara lain dapat dilihat dalam pelaksanaan ritual ibadah yang diajarkan agamanya.

Bagi umat Islam misalnya bisa dilihat seberapa kuat seorang Muslim berupaya menjalankan Rukun Islam dan memenuhi Rukun Iman, dalam bentuk melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan. Dalam tataran awam, ini sudah cukup. Mereka yang berhasil menjalankannya dapat dipastikan akan membawa kebaikan, setidaknya tidak membuat kerusakan.

Kesadaran beragama harus berujung kepada kebaikan bagi semua, bagi manusia lainnya tidak memandang latar belakangnya. Ini hanya bisa terjadi jika dan hanya jika ajaran agamanya dijalankan secara utuh tanpa diwarnai kepentingan pragmatis yang sering kali justru bertolak belakang dengan ajaran agama itu sendiri. Radikalisme dan terorisme adalah contoh terbaik untuk menggambarkan itu.

Penggunaan agama untuk kepentingan pragmatis justru sering kali dilakukan oleh mereka yang mengklaim sebagai golongan elite dalam agamanya. Mereka yang mengaku atau berupaya diakui sebagai yang menguasai ilmu agama yang dianutnya.

Mereka inilah yang punya andil terbesar dalam 'memperbodoh' umat. Mereka berkepentingan umat menjadi bodoh. Karena bodohnya umat merupakan modal terbesar mereka dalam merealisasikan agenda-agenda kepentingan mereka. Inilah peer terbesar kita umat beragama di negeri kita ini.

Sekaranglah waktunya para pemuka agama sejati yang secara tradisional menjadi panutan umat, yang tiada lelah berusaha 'mencerdaskan' umatnya, untuk berlomba dengan upaya 'pembodohan' yang dilakukan mereka para penjual agama.

Salam, Winardi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun