Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisahku di Penjara: Hidup Nyaman di Penjara (Bagian 8)

10 Maret 2022   05:53 Diperbarui: 10 Maret 2022   05:59 2857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kisah narapidana | Foto diambil dari Shutterstock

WBP juga bisa bergabung di Unit Kegiatan Pramuka, Membatik, Kesenian Tradisional, dan Band serta Program Kejar Paket A bagi yang ingin punya ijazah SMA.

Para WBP bisa juga bersenang-senang menikmati suasana pedesaan di areal pertanian dengan bercocok tanam dan beternak ikan, ayam, bebek, atau kambing. WBP juga bisa bekerja di unit menjahit, pabrik mebel, pabrik tahu, dan pabrik es yang semuanya ada di dalam lapas.

Khusus untuk pabrik mebel dengan serapan tenaga kerja cukup banyak, mereka yang bekerja di situ mendapatkan imbalan sesuai dengan peraturan dari Kementerian Hukum dan HAM, dimana uang imbalan yang menjadi haknya sebagian akan disimpan oleh pihak lapas untuk bekal saat mereka bebas. 

Sedangkan unit-unit kerja produktif lainnya seperti menjahit, pabrik es, pabrik tahu, dan pertanian imbalan para pekerjanya fleksibel sesuai kesepakatan dengan 'pemilik' unit kerja itu.

WBP juga punya kesempatan untuk menjadi tamping (tahanan pendamping). Mereka adalah sukarelawan yang bekerja di organ-organ lapas, di blok hunian dan unit-unit kerja/kegiatan. 

Para WBP yang bekerja di blok-blok, masjid, gereja, dan beberapa unit dengan jumlah tamping yang cukup banyak dipimpin oleh seorang Tamping Utama (Tama) atau lebih dikenal dengan sebutan pemuka (PK). Para PK inilah yang menjadi penghubung WBP dengan pihak lapas.

Secara teratur beberapa kali dalam setahun lapas juga menyelenggarakan Pelatihan Kerja Bersertifikat bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja.

Di lapas (juga di rutan), ruang-ruang hunian tidak disebut 'sel' tapi 'kamar'. Secara fisik bangunan memang lebih tepat disebut kamar. Sedangkan 'sel' hanya digunakan untuk menyebut ruangan tempat seorang napi yang mendapat 'tambahan' hukuman khusus karena melakukan pelanggaran berat.

Ini yang mungkin Anda pernah mendengarnya dengan 'sel tikus', sebuah sel berukuran sekitar 2x1,5 meter. Di situ seorang WBP tinggal selama 24 jam dalam sehari, termasuk tidur, makan, dan buang air.

Sisi humanis dari Lapas Porong

Dari beberapa WBP yang pernah menjadi napi di 3 sampai 4 lapas, saya bisa menyimpulkan bahwa Lapas Porong ini adalah lapas yang paling nyaman 'dihuni' serta paling humanis dalam memperlakukan WBP. Sisi manusiawi ini memang menjadi hal yang paling menonjol dari Lapas Porong dibandingkan lapas-lapas lain.

Meski tidak tertulis, pendekatan kemanusiaan tampaknya telah menjadi budaya kerja lapas.  Sering kali terlihat petugas mengobrol akrab dengan WBP. Di porong tidak ada penggunaan kata 'sipir'. Para WBP menyebut petugas dengan 'bapaknya'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun