Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Deni dan Lautan

9 November 2021   11:30 Diperbarui: 9 November 2021   11:34 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perahu nelayan dan lautan | Dokumen pribadi milik Indra Rahadian

Pagi yang cerah di dermaga. Perahuku selesai ditambatkan. Hasil tangkapan ikan hari ini sudah di bawa ke daratan. Dan diriuhnya pelelangan ikan, terselip harapan.

Lelaki tua bernama Wak Abun memilah hasil tangkapanku. Menaruhnya dalam keranjang terpisah, untuk ditimbang. Ia berkata, "Deni, banyak betul tangkapanmu hari ini!"

"Ini yang terakhir, Wak. Sore ini aku berangkat ke Jakarta," ucapku.

"Jadi kau lanjut sekolah rupanya?" Wak Abun membiarkan orang lain mengerjakan aktivitasnya. Dan berjalan ke arahku.

"Ya, sambil bekerja, Wak!" jawabku.

"Benar kata ayahmu, banyak orang bekerja keras di kampung ini. Namun yang pintar tak pernah kembali," ucapnya.

"Aku pasti kembali, Wak." ucapku seraya melangkah pulang.

Hasil bagianku dari penjualan ikan sudah di tangan ibu. Beliau memasukkan uang itu pada dompetku. Dompet kulit milik ayahku.

Sejak bapak pergi, ibu selalu berusaha memintaku melanjutkan sekolah. Ikut paman Idris di kota. Dan meraih apapun cita-citaku kelak. Namun aku selalu menolak.

Hingga Bang Imron menyadarkanku. Bahwa semuanya membutuhkan pengalaman dan ilmu. Kerja keras harus sepadan dengan hasil usaha yang dilakukan. Dan sore ini, aku memutuskan untuk pergi.

Bus lintas akan melewati jalan ini dari arah Pekanbaru. Menuju Jakarta di Jawa sana. Paman berjanji akan memberiku pekerjaan. Dan mendukung melanjutkan pendidikanku kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun