Adakah yang lebih indah dari menata senyuman keluarga kecil, dan bahagia bersama-sama sampai akhir hayat?Â
Mengarungi biduk rumah tangga, berbagi keceriaan dan memecahkan masalah di meja makan. Berlibur setiap akhir pekan, merekam langkah mungil sang buah hati.
"Kapankah semua akan terwujud?" gumam Maya.Â
Jarum jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Maya, masih terpaku di depan laptop. Menjelajah dunia virtual dengan jemari lentiknya. Berselancar dalam situs pencari jodoh.Â
Dua minggu lalu, Maya menemukan tambatan hati. Seorang lelaki tampan, kaya, baik hati, dan perhatian.Â
Lewat sebuah situs kencan daring. Ia berusaha mencari latar belakang sang lelaki pujaan. Stalker mode on. Namun, sedikit informasi tentangnya di internet.Â
Maya, memberanikan diri untuk kopi darat. Berharap, rupa dan tabiat sang lelaki. Tidak terlalu jauh dari kolom deskripsi dan foto profil.Â
Kencan pertama, berjalan dengan lancar. Meskipun, agak sedikit canggung. Maklum, Maya sangat pemalu. Butuh dua jam untuk berkenalan. Hingga suasana cair dengan canda tawa dan obrolan ringan.
Mereka, saling bertukar nomor handphone. Keceriaan menghinggapi Maya seminggu berturut-turut. Bertukar kabar, berbagi cerita, saling mengingatkan, sampai kata-kata mesra yang seakan otomatis mengalir.Â
"May, aku takbisa datang malam minggu besok."Â
Sebuah voice note yang terakhir kali Maya dengar. Pada nomor, yang sudah tak dapat dihubungi lagi.Â