3. Keleng ateku kam
Artinya aku mengasihimu. Ini adalah ungkapan rasa kasih dengan makna yang mendalam. Biasa diucapkan antarsesama manusia Karo. Diucapkan baik dalam lingkup hubungan erat antara suami-istri, orang tua-anak, orang-orang dalam hubungan kekerabatan/ keluarga, antara gembala atau ulama dengan jemaatnya, dan sebagainya.
Di samping itu, bisa juga dimaknai semacam ungkapan kasih dalam artian eros, percintaan muda mudi. Namun, maknanya lebih mendalam dari sekadar ungkapan aku mencintaimu.
4. Ngena ateku kam
Artinya aku mencintaimu. Makna ini lebih menekankan perasaan cinta sebagaimana pemaknaan rasa cinta dan rasa suka dalam hubungan muda-mudi.
5. Ungkapan populer sehari-hari
Dalam komunikasi lisan sehari-hari, beberapa ungkapan yang diperlukan agar tidak sesat di jalan atau salah mengungkapkan perasaan apabila pembaca bertemu dengan orang Karo, atau sekali waktu terdampar di Tanah Karo, entah karena alasan apapun, antara lain:
- Ise Kam?: kamu siapa?
- Kai atendu?: kamu mau apa?; maksud kamu apa?
- Kuja atendu?: kamu mau kemana?
- Ndigan kita kuje/ kujah?: kapan kita kesini/ kesana?
- Engkai maka kam berjut?: mengapa engkau cemberut?
- Uga ningku ngatakensa?: bagaimana aku mengatakannya?
Tidak cukup satu artikel ini untuk mengulas semuanya, walau sekadar bahasa sehari-hari. Kiranya unsur-unsur dalam 5W1H: who, what, where, when, why, how (siapa, apa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana) di atas sudah cukup menjadi bekal dasar untuk belajar berbahasa daerah Karo.
Disamping itu, rangkaian kata benda yang mengiringi pemakaian unsur dasar bahasa daerah Karo, yang dipakai saat kita ingin menyampaikan suatu hal, secara umum hampir sudah menyerap nama-nama benda dalam bahasa Indonesia. Singkatnya, dalam pemakaian bahasa daerah Karo di seputar aspek 5W1H, walaupun bercampur dengan bahasa Indonesia, pastinya akan dapat dipahami oleh kebanyakan penutur bahasa daerah Karo saat ini.
Itu saja untuk saat ini. Lain kali kita sambung lagi, Kawan. Mejuah-juah. Keleng ateku Kam.