Saat emosi berubah, kata pun bergeser makna. Kebebasan yang dimiliki manusia sering kali membuatnya lupa mengendalikan kata-kata, atau bahkan lupa memilih kata apa yang harus diberi fokus.
Logisnya, jika seseorang terus berbicara tentang masalah, maka masalah itu akan semakin terasa nyata.Â
Sebaliknya, jika ia dapat bermain dengan kata-kata yang lebih positif dan penuh keyakinan, suasana hatinya akan berubah karena perubahan kata yang digunakannya.
Kata itu hidup. Tuhan menciptakan dunia ini dengan kata-kata, dan kita sering tidak menyadari bahwa arah hidup kita ditentukan oleh kata-kata yang kita pilih.
Saya teringat tulisan David R. Hawkins, "...in this world of duality, man has been given a consciousness that can instantly detect what's destructive---and signal it to his otherwise ignorant mind." Di dunia dualitas ini, manusia telah diberi kesadaran untuk mengenali apa yang merusak dan memberi sinyal kepada pikirannya yang tidak sadar.
Kesadaran dalam Menghadapi Masalah
Masalah tidak akan pernah ada jika manusia tidak ada. Masalah hanyalah hasil ciptaan manusia, dan manusia sendiri yang memberi nama pada masalah itu.
Pada tingkat kesadaran tertentu, kita akan menyadari bahwa tak perlu menciptakan masalah. Namun, mengapa masalah selalu datang?Â
Hidup kita tidak hanya ditentukan oleh diri sendiri, karena ada kebebasan yang diberikan oleh Sang Pencipta.
Namun di sisi lain, hidup kita juga dipengaruhi oleh proses yang bersifat supranatural.Â
Proses inilah yang sering tidak dipahami oleh kebanyakan orang, sehingga ketika masalah muncul, mereka terjebak dalam stres dan putus asa.
Orang bijak menulis bahwa ketika kamu memohon kebijaksanaan atau kepemimpinan, Tuhan tidak langsung memberimu hadiah kebijaksanaan, tetapi memberimu masalah.Â