Apakah itu adalah suatu keajaiban? Jika pecahan batu, retakan pada tebing, dan lempengan batu yang terhempas gelombang itu dilihat sebagai keajaiban alam, mengapa manusia sulit sekali menerima penderitaan dan luka dalam hidupnya?Â
Transformasi Cara Pandang
Bukankah luka dan penderitaan itu ada pesona keindahannya sendiri?Â
Sama seperti batu berwarna yang terhempas dan tercecer itu, orang bisa melihat keindahannya, demikian pula perspektif dan sudut pandang manusia tentang luka dan penderitaan sebagai keindahan dalam proses transformasi menjadi sempurna sesuai dengan keajaiban tangan Tuhan yang sedang melukis jiwa kita.
Dari pecahan batu dan retakan yang tercecer, orang melihat keindahan yang luar biasa, seakan tangan Tuhan sedang melukis setiap hari dalam balutan rahasia perubahan alam.Â
Oh keindahan yang tidak bisa nyaman di mata manusia umumnya.Â
Sampai kapan manusia bisa menerima penderitaannya? Apakah pecahan, retakan batu-batu itu ajaran kebijaksanaan Pencipta yang membimbing manusia untuk memiliki perspektif berbeda dari yang biasanya?Â
Apakah cukup ketika manusia merentangkan tangan pasrah pada nasib dan takdir yang terjadi padanya? Ataukah mungkin orang perlu menulis dan menarasikan semuanya sehingga bergema dalam literasi yang memadukan elemen alam, manusia, dan Pencipta?
Seperti gelombang laut yang terus-menerus menghantam batu, begitu pula hidup kita yang tak pernah lepas dari hempasan cobaan dan luka.Â
Namun, dari setiap hempasan itu, kita dipahat menjadi bentuk yang lebih indah dan unik. Melalui luka, kita belajar tentang ketangguhan, melalui penderitaan, kita menemukan kedalaman makna hidup.Â