Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pecahan Batu La Paga: Keindahan saat Menerima Luka dan Penderitaan

5 Juli 2024   06:45 Diperbarui: 5 Juli 2024   06:51 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keunikan Batu La Paga | Foto: Ino Sigaze.

Bukankah luka dan penderitaan itu ada pesona keindahannya sendiri? 

Sama seperti batu berwarna yang terhempas dan tercecer itu, orang bisa melihat keindahannya, demikian pula perspektif dan sudut pandang manusia tentang luka dan penderitaan sebagai keindahan dalam proses transformasi menjadi sempurna sesuai dengan keajaiban tangan Tuhan yang sedang melukis jiwa kita.

Dari pecahan batu dan retakan yang tercecer, orang melihat keindahan yang luar biasa, seakan tangan Tuhan sedang melukis setiap hari dalam balutan rahasia perubahan alam. 

Oh keindahan yang tidak bisa nyaman di mata manusia umumnya. 

Sampai kapan manusia bisa menerima penderitaannya? Apakah pecahan, retakan batu-batu itu ajaran kebijaksanaan Pencipta yang membimbing manusia untuk memiliki perspektif berbeda dari yang biasanya? 

Apakah cukup ketika manusia merentangkan tangan pasrah pada nasib dan takdir yang terjadi padanya? Ataukah mungkin orang perlu menulis dan menarasikan semuanya sehingga bergema dalam literasi yang memadukan elemen alam, manusia, dan Pencipta?

Keunikan Batu La Paga | Foto: Ino Sigaze.
Keunikan Batu La Paga | Foto: Ino Sigaze.

Seperti gelombang laut yang terus-menerus menghantam batu, begitu pula hidup kita yang tak pernah lepas dari hempasan cobaan dan luka. 

Namun, dari setiap hempasan itu, kita dipahat menjadi bentuk yang lebih indah dan unik. Melalui luka, kita belajar tentang ketangguhan, melalui penderitaan, kita menemukan kedalaman makna hidup. 

Sebagaimana batu-batu di pantai La Paga yang menampakkan lapisan-lapisan keindahannya setelah terhempas gelombang, demikian pula jiwa kita yang terbuka untuk menampilkan warna-warna kehidupan yang autentik setelah melewati berbagai ujian.

Menerima luka bukan berarti menyerah pada penderitaan, tetapi mengakui bahwa luka adalah bagian dari perjalanan menuju kebijaksanaan dan kedewasaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun