Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kedewasaan Berpikir dalam Kontestasi Politik Angka dan Warna di Indonesia

18 November 2023   04:45 Diperbarui: 18 November 2023   16:12 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera partai politik peserta pemilu terpasang di Kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Jumat (27/1/2023). KPU telah menetapkan 18 partai politik nasional sebagai peserta Pemilu 2024. (KOMPAS/HENDRA AGUS SETYAWAN)

Ada banyak juga anak-anak kecil yang pada saat di foto mereka menunjukkan angka dengan jari-jari mereka. Apakah anak-anak itu nanti harus dilarang dan dihukum?

Tentu saja sangat aneh, karena mereka melakukan itu semata-mata karena selera zaman dan gaya-gaya populer di tengah masyarakat. 

Nah, sama halnya dengan gaya cinta dalam bahasa Korea, saranghae, di mana-mana, sampai orangtua pun, ketika di foto, jari mereka melukis simbol cinta dalam alam berpikir orang Korea.

Jadi, saya pikir jika kita punya cara berpikir dewasa, kita tidak akan melarang orang membuat simbol dengan gayanya masing-masing. Sekali lagi, jari yang menunjukkan angka-angka itu tidak akan menjadi sebuah keputusan akhir.

Angka, Warna, dan Psikologi Abnormal

Sebagian besar masyarakat Indonesia cukup sensitif terhadap angka dan warna, terutama dalam kontestasi politik. 

Momen pesta demokrasi membuat kita "merasa lain" dalam suasana hidup kebangsaan ini.

Kelainan adalah kata kunci dalam psikologi abnormal yang bermula dari teori Sigmund Freud. Bagi Freud, kelainan memiliki penyebab psikologis daripada fisik.

Mengapa kelainan bisa terjadi? Menurut Freud, kelainan terjadi karena adanya konflik yang tidak terselesaikan antara ego (saya yang disadari dan dipahami-Selbstbewusstsein) dan superego (apa yang di atas saya berupa aturan, larangan dan gagasan nilai dalam suatu masyarakat - Wertvorstellungen und Regeln der Gesellschaft).

Kelainan didasarkan pada keinginan, pikiran, dan ingatan yang tidak disadari. Bahkan jika hal itu tidak disadari, pikiran dan ingatan itu memengaruhi kita.

Nah, aspek pengaruh itulah yang tentu saja paling ditakuti oleh lawan politik dan masing-masing pendukungnya. 

Meskipun demikian, jika orang dapat berpikir kritis dan matang secara emosional, maka pilihan seseorang tidak bisa digoyahkan hanya dengan angka dan warna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun