Perjamuan Terakhir Yesus dilaporkan di empat tempat dalam Perjanjian Baru: Mat 26, 26-28; Markus 14:22-24; Lukas 22:19-20; Yohanes 13:1-38; 1 Kor 11:23-25. Laporan tersebut pada dasarnya sama; perbedaan kecil telah berkembang terutama melalui praktik liturgi lokal yang berbeda.
Dalam perjamuan ini Yesus menggenapi teladan dan janji-janji besar dari perjanjian pertama. Dia memberikan perjamuan Paskah makna dan isi yang baru dan pasti. Ia sendiri adalah hamba Allah yang menyerahkan nyawanya untuk pendamaian bagi banyak orang (bdk. Yes 53:45; 42:6).
Dia adalah Anak Domba yang dikorbankan dan dengan darah-Nya menetapkan Perjanjian Baru (bdk. Kel 24:8; Yer 31:31-34).
Partisipasi dalam perjamuan ini berarti persekutuan dengan Kristus dalam kematian dan pemuliaan-Nya, persekutuan juga dengan semua yang makan roti ini dan dengan semua yang untuknya Kristus telah mati.
Tafsiran Biblis tentang Kamis PutihÂ
Penginjil menafsirkan jalan Yesus sebagai jalan cinta "sampai akhir".
Yang dimaksudkan dengan "sampai akhir" dalam konteks perjalanan hidup Yesus tidak lain adalah sampai batas kemampuan ilahi dan manusiawi-Nya.
Bahkan dalam penghinaan terdalam terhadap Yesus sendiri, sebenarnya mau mengungkapkan kebesaran ilahi-Nya.
Seperti Perjamuan Tuhan atau yang dikenal dengan perayaan Kamis Putih atau Gründonnerstag (di Jerman), ritus pembasuhan kaki mengantisipasi dan mewakili apa yang terjadi di kayu salib: identifikasi diri Yesus sebagai pelayan cinta, pengabdian sampai mati. Kasih adalah hukum kehidupan Kristus dan gereja-Nya.
Liturgi Kamis Putih dan Ritus Pembasuhan Kaki
Liturgi Kamis Putih juga memperingati pembasuhan kaki, di mana Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya untuk menunjukkan kepada mereka bahwa yang terbesar di antara mereka adalah pelayan bagi semua.
Umat Katolik yang setia dipanggil untuk merenungkan penderitaan dan kematian Yesus Kristus pada hari ini dan mempersiapkan perayaan Paskah dengan fokus menjadi pelayan.