Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Jeritan Beras Mahal Semakin Membahana dan 3 Motivasi Antisipasi Krisis

28 Februari 2023   21:20 Diperbarui: 2 Maret 2023   04:46 1122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi beras di dalam mangkuk kayu.| Dok Shutterstock/Agri Food Supply via Kompas.com

Mungkin terasa aneh sekali saat membaca ini, ya karena kita belum benar-benar mengalami kekurangan makanan, tapi jika krisis ini benar-benar terjadi, maka tidak ada satupun yang mengeluh. Bahkan seperti tahun 1988, pagi, siang, malam, cuma makan makanan dari umbi-umbi hutan.

2. Mengubah pola hidup dan tuntutan adat serta pesta-pesta

Tradisi dan kebiasaan masyarakat yang berlindung pada tradisi kebudayaan seringkali menyiksa hidup sendiri. Bagaimana tidak? Semua sudah tahu seperti saat ini bahwa beras sangat mahal, namun ketika ada hajatan, mereka masih saja berani untuk mengadakan pesta besar.

Mereka sudah tahu juga bahwa pesta itu selalu menyedot anggaran besar dan bahkan belum ada cerita bahwa pesta itu menguntungkan.

Tentu saja untungnya dibagian solidaritas persaudaraan dan keakraban, tetapi secara ekonomi sudah pasti semakin menambah beban hidup. 

Lilitan utang akan semakin besar. Belum lagi mana urusan anak sekolah yang dalam arti tertentu harus menjadi prioritas keluarga. Dalam situasi di ambang krisis seperti ini sebetulnya saat yang tepat untuk sedikit menahan diri dengan pikiran antisipatif.

Jika krisis itu benar sampai ke Indonesia, maka dampaknya akan sangat parah, soalnya krisis ini sudah mulai terasa di Eropa. Negara-negara maju saja sudah mulai terasa teriakan keoknya saat ini.

Oleh karena itu, saya pikir adalah sikap yang bijak jika tidak datang dari inisiatif pemerintah setempat, maka masyarakat sendiri secara pribadi perlu mengubah pola hidup mereka.

Adat dan kebiasaan itu tidak lebih penting dari nilai kehidupan manusia. Utamakan keselamatan hidup daripada pemenuhan hukum adat yang terkadang menyiksa pihak-pihak tertentu.

3. Perlunya usaha kreatif dan mandiri rumah tangga

Usaha mandiri yang kreatif itu sebenarnya bisa dilakukan di mana saja. Hal ini karena konteks orang-orang yang mengeluh harga beras mahal adalah sebagian besar orang di desa yang selama ini hidup dari hasil tanaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun