Siapa yang suka membaca, dia akan semakin banyak tahu, dan siapa yang banyak tahu sebaiknya dia perlu menulis, supaya apa yang diketahuinya tidak dilupakannya sia-sia.
Mengenal aksara hingga sanggup membaca merupakan momen penting yang hanya bisa ditemukan di rumah dan di sekolah formal. Apakah itu cukup menjadikan orang senang membaca? Tentu saja gak.
Kalau di Flores tampaknya bahwa generasi buta aksara itu adalah generasi yang sekarang ini sudah berusia 60-an tahun ke atas, sedangkan generasi muda umumnya bisa membaca.
Generasi yang bisa membaca itu tentu saja tidak sama dengan generasi yang gemar membaca. Oleh karena itu, problem yang cukup umum saat ini adalah soal minat baca yang rendah.
Meskipun demikian, perlu dibedakan juga bahwa minat baca yang rendah di sini berkaitan dengan minat baca buku dan bukan minat baca sms.
Anehnya bahwa umumnya generasi muda yang bisa membaca itu hanya mampu membaca sms berjam-jam, sedangkan sebaliknya mereka tidak cukup mampu dan tidak cukup tertarik membaca buku atau tulisan-tulisan di website atau sejenisnya.
Ada tiga model pendekatan yang bisa dilakukan untuk menstimulasi minat baca pada tiga jenjang berbeda, yakni pada masyarakat, anak sekolah, dan para guru:
1. Minat baca masyarakat dan majalah dinding masyarakat (Madingmas)
Pertanyaan yang penting tentu saja, bagaimana caranya untuk menaikan minat baca bukan saja anak-anak sekolah, tetapi juga minat baca masyarakat biasa.
Pada tahun 2010, saya pernah memikirkan bagaimana caranya supaya masyarakat desa itu bisa diajak membaca. Oleh karena itu, terobosan yang pernah saya buat adalah dengan cara menyiapkan papan majalah dinding yang ditempatkan di tempat terbuka di depan Kantor Desa, di mana dekat Kapela di desa kami.
Papan majalah dinding masyarakat itu itu berfungsi ganda, tidak hanya berisikan pengumuman penting dari desa, tetapi juga beberapa informasi penting terkait bidang-bidang kehidupan sosial, rohani dan jasmani lainnya.Â
Pada awalnya, saya mulai dengan 4 halaman besar yang diprint dan ditempelkan pada papan majalah dinding itu. Koran kecil dan sederhana itu bernama WASI.Â