Ya, saya mendapatkan jawaban cerdas dari Bung Tonny tentang pertanyaan di atas. Menulis itu sebenarnya tidak perlu harus sama, tetapi menyodorkan sudut pandang tertentu sesuai dengan apa yang dipikirkan.
Isu-isu lainnya terus berdatangan, muncul pula gagasan kecil terkait isu ijazah palsu, kisah sulitnya membangun komunikasi dengan orang sulit, lalu tentang ramalan tahun kelinci dan tentu saja terkait konsep rumah adat sebagai alternatif rumah tahan panas dan tentang kades yang menuntut masa jabatan mereka diperpanjang.
Percikan gagasan sekaligus tantangan bagi arsitek Indonesia untuk memadukan konsep modern dan tradisional.Â
Investasi ala petani cabe keriting dan 2 tahun menulis di Kompasiana
Jerih payah dan keringat saat liburan ketika berbagi gagasan ternyata bisa membuahkan hasilnya. Cabe keriting sudah bisa berubah jadi uang.
Kisah sederhana yang mengubah wajah petani desa yang semula cuma cemas dan takut dengan isu resesi global, hingga seminggu bisa menghitung uang lumayan untuk hidup keluarga mereka.
Menanam cabe tentu lebih cepat memperoleh uang daripada menulis tentunya. Menanam cabe keriting, belum setahun sudah bisa memperoleh jutaan uang, berapa yang diperoleh penulis?
Tentunya tidak sebanding, namun menulis itu bukan untuk mendapatkan uang sekarang, tetapi itu lain ceritanya. Menulis itu bentuk investasi gagasan.
Investasi gagasan itu berlanjut sampai pada diskusi tentang peradilan anak. Konteks anak-anak Indonesia yang dibawah umur telah terlibat beberapa kasus moral, menjadikan kontroversi baru terkait apakah batasan usia anak perlu direvisi lagi, ataukah sistem pembinaan mental dan kedewasaan cara berpikir anak yang mesti lebih intensif dipersiapkan oleh orangtua dan para guru di sekolah.
Ya, investasi gagasan itu membutuhkan keheningan, karena dari sanalah orang bisa mendengarkan instrumen jiwa dan tidak pula menyangkal waktu dalam hidupnya, tetapi orang juga tidak begitu enteng mengatakan sabar, tenang dan pasrah pada orang yang dijumpainya, secara khusus orang-orang sakit.
Akhirnya saya bisa mengatakan bahwa menulis yang rutin itu ternyata bisa menjadikan hidup kita lebih bermakna. Di sana ada gagasan, ada topik pilihan, teman-teman penulis dengan komentar-komentar mereka; di sana pula ada puisi dan kopi, politik dan polemik, ungkapan lokal dan modern, apresiasi dan kunjungan, ya di sana ada nama-nama.