Sebagai contoh, perjalanan dari Mainz ke Frankfurt sejauh 40 km, harga tiket, 8 euro sekali jalan, dan berbeda kalau paket tiket untuk satu hari.
Prinsipnya pulang pergi menjadi 16 atau 256.000 rupiah. Dari total harga satu semester sebenarnya cuma untuk 22 kali perjalanan atau cuma untuk 22 hari.Â
Orang berpikir bahwa sistem semester itu lebih murah dari pada harus membeli setiap hari. Coba bayangkan 6 bulan x 16 setiap hari, maka harganya akan jauh lebih mahal, ya kurang lebih 2.880 .Â
Artinya sistem pembayaran per semester itu menjadi lebih murah dan menjadikan banyak orang memilikinya dengan asumsi bahwa tidak mungkin semua pembeli itu melakukan perjalanan setiap hari.
Akan tetapi untuk 6 bulan, orang bisa mendapatkannya dengan harga 360 euro atau sama dengan RP. 5.760.000 (kurs 1 : 16.000). Artinya dalam enam bulan orang sudah menghemat 2.520 . Ini hanya sebuah contoh tentunya.Â
Apakah hal seperti itu mungkin diterapkan di Indonesia? Berapa harga per tiga bulan, enam bulan dan satu tahun?
Tentu saja perlu dikaji lebih baik lagi sesuai dengan harapan masyarakat Indonesia dan juga berdasarkan survei yang dilakukan oleh pihak KRL.
Logikanya bahwa dengan "harga tengah" atau Mittlerer Preis, dua jenis kelompok "miskin dan kaya" bisa sekalian dijangkau tanpa ada diskriminasi yang diciptakan di tengah masyarakat.
Jika pengguna jasa KRL menggunakan sistem kartu KRL, maka semuanya akan menjadi sama dan tidak terlihat lagi siapa yang kaya dan siapa yang miskin.
Pada prinsipnya kemajuan teknologi apa saja tidak boleh menjadikan kehidupan kita sebagai bangsa yang beraneka ragam ini buyar karena perbedaan kelas.
Salam berbagi, ino, 4.1.2023.