Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

Sisi Misterius dari Rumah Bocor dan Sudut Pandang Spiritualitasnya

12 Desember 2022   17:23 Diperbarui: 16 Desember 2022   18:25 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sisi misterius dari rumah bocor dan sudut pandang spiritualitasnya | Dokumen pribadi oleh Ino

Dunia nyata dan dunia spiritual terhubung di dalam rumah. Bangunlah dan ciptakan suasana rumah yang tanpa kebocoran fisik dan spiritual | Ino Sigaze.

Pembicaraan tentang rumah bocor itu memang sangat menarik, apalagi tema "rumah bocor" diangkat Kompasiana pada saat musim bencana. Bencana alam umumnya berkaitan dengan kerusakan rumah, secara khusus paling rawan di musim hujan tentu saja soal kebocoran atap rumah.

Rumah bocor bagi kebanyakan orang tentu saja soal yang masuk akal. Beberapa waktu lalu, pada 28 Oktober 2022 saya menelpon ibuku di Flores, dia begitu berapi-api bercerita tentang kakak perempuan yang sedang berusaha memperbaiki atap rumah yang bocor gara-gara hujan angin hari sebelumnya.

Rumah bocor, tantangan dan cara mengatasinya

Membongkar kembali lembaran seng yang sudah robek dan menggantikannya dengan jenis seng baru atau yang masih layak dipakai adalah pilihan yang tidak bisa tergantikan.

Persoalan rumah bocor dengan kenyataan seperti itu memang tidak selalu mudah diatasi. Terkadang ditemukan kendala, kalau hujan belum berhenti, tiris hujan terus berdatangan dan tidak ada yang berani memperbaikinya, bahkan tidak punya jenis lem yang bisa menyumbat lubang yang bocor.

Tapi juga terkadang menemukan titik bocor itu adalah pekerjaan yang sulit, karena pada umumnya rumah sederhana itu tidak punya plafon rumah, tidak heran atap rumah menjadi begitu hitam seperti arang.

Warna hitam itulah yang membuat orang sulit menemukan dimana titik bocor sebenarnya. Oleh karena itu, mengatasi atap rumah yang bocor itu bukanlah pekerjaan mudah. Di sana dibutuhkan ketelitian dan kesabaran untuk mengamati dan mencari cara untuk mengatasinya.

Lebih sulit lagi kalau kondisi itu terjadi di kampung yang jauh dari pertokoan. Upaya solusi ternyata selalu membutuhkan waktu, biaya dan tenaga.

Beberapa cara praktis yang umumnya dipakai orang di kampung sebenarnya sangat sederhana untuk mengatasi atap rumah bocor:

1. Mereka menyiapkan daun alang-alang yang kering. Daun alang-alang yang kering bisa menjadi alternatif penghambat kebocoran, hal ini karena pada saat kebocoran daun alang-alang bisa menjadi alternatif yang menghambat mengalirnya air pada tempat bocor.

Meskipun demikian, cara-cara itu tetap saja merupakan cara sementara hanya pada saat kebocoran. Dan ketika orang sudah tahu di mana persis titik bocornya.

Menutup dengan daun alang-alang menjadikan aliran air yang mengalir tidak lagi langsung ke arah lubang seng yang bocor, tetapi akan merembes mengikuti daun alang-alang.

2. Alternatif sederhana lainnya adalah setiap rumah perlu menyediakan lembaran seng cadangan. Siapa tahu sesekali waktu jika terjadi kebocoran, maka bisa diganti dengan seng yang baru.

3. Orang perlu menyediakan jenis lem Soligen. Harga lem soligen terbaru sebesar 16.500. Jenis lem yang bisa dengan cepat mengatasi kebocoran seng rumah.

Beberapa cerita dan cara praktis di atas adalah bagian dari pengalaman nyata dari masyarakat di kampung-kampung, terutama yang sering dilakukan di kampung saya.

Fenomena rumah bocor pada sisi yang lainnya

Ada juga fenomena yang unik lainnya terkait rumah bocor. Rumah bocor itu bukan saja soal fisik rumah yang bocor, tetapi juga soal keadaan hubungan anggota rumah.

Saya sebenarnya tidak percaya dengan pernyataan seperti ini. Tetapi, oleh karena berangkat dari pengalaman nyata kenalan saya di Jakarta, maka saya yakin bahwa rumah bocor itu ada sisi-sisi misteriusnya.

Saya mendengar cerita dari teman saya bahwa rumah mereka yang baru saja beberapa bulan di bangun itu bocor di ruang kamar tidur keluarga mereka.

Berulang kali diperbaiki, namun tetap saja bocor, dicari tahu titik bocor tidak ditemukan dan semuanya baik-baik saja, tapi tetap saja setiap kali hujan, kamar itu basah karena ada banyak genangan air, karena bocoran dari seng atap rumah.

Teman saya itu lalu memperbaikinya dan bocor lagi, lalu ia meminta istri dan anaknya pindah ke kamar yang aman alias tidak ada bocoran air hujan.

Ketika ia menempati kamar yang selalu bocor itu, anehnya ia bisa dengan aman tidur tanpa ada air hujan yang datang dari sisi bocor yang tidak pernah dilihat mata, meskipun hujan lebat datang.

Selanjutnya bocornya pindah ke kamar sebelah di mana istri dan anaknya itu tidur. Bocor kok pindah-pindah ya?, tanya hatinya sendiri. Tapi itulah kenyataan. Kok bisa gitu? Aneh bukan?

Ya, ia bertanya sambil geleng-geleng kepala. Bocor ikut pindah, ada apa ya? Suatu waktu ia memanggil istri dan anaknya untuk berbicara bertiga, enam mata.

Pembicaraan itu tidak berbuah banyak karena tidak saling terbuka. Ternyata antara ibu dan anak sedang ada konflik gara-gara pilihan anak tidak sesuai selera ibunya.

Ibunya mencari "orang pintar" supaya anaknya punya hati yang bosan dengan pilihan anaknya. Hal ini baru terungkap setelah ditemukan barang aneh-aneh di kamar dan pengakuan ibunya.

Solusi mengatasi rumah bocor secara spiritual

Sejak saat itu, teman saya mengajak mereka istri dan anaknya dan pergi sembahyang pada hari sembahyang sesuai kepercayaan mereka. Ya, kebocoran rumah itu pun hilang, meski tanpa punya solusi perbaikan oleh sang ahli bangunan.

Saat saya mendengar cerita seperti itu, bulu badan saya berdiri, soalnya tidak masuk akal, tapi terbukti ada perubahan. Rumah mereka tidak bocor lagi setelah mereka rajin sembahyang dan berdamai kembali di rumah.

Sampai pada titik cerita seperti itu, saya akhirnya menemukan pemahaman bahwa rumah bocor itu bukan saja soal kualitas bangunan yang tidak kuat dan bagus, tetapi juga soal kualitas hubungan orang-orang di dalam rumah.

Ketika anggota rumah itu tidak saling terbuka, lalu menjadi lebih terbuka dengan orang lain, maka rumah itu menjadi bocor. Saya jadi ingat konsep orang Yunani tua, tentang rumah sebagai bayit, atau bait tempat tinggal yang suci.

Tidak heran di banyak daerah pembangunan rumah itu dilakukan dengan suatu suasana sakral. Di Flores misalnya, upacara pembangunan rumah mulai dari peletakan batu pertama sampai masuk rumah, selalu dilakukan dengan dasar doa sesuai kepercayaan mereka.

Rumah bukan sekedar sebuah bangun fisik, tetapi lebih dari itu sebagai sebuah atmosfer kasih sayang yang dibangun dengan perspektif spiritual.

Bahan-bahan fisik itu hanyalah simbol-simbol yang punya pesan bermakna untuk kehidupan yang lebih baik. Saya jadi ingat saat mengikuti kursus bersama 9 orang Jerman terkait bagaimana menyiapkan orang-orang sakit berat menghadapi kematian mereka.

Pada hari terakhir ada semacam momen kami menyampaikan kesimpulan dari peserta. Sebagai orang Indonesia satu-satunya saat itu, saya punya ide untuk menjelaskan hal terpenting dari peran seorang pelayan orang sakit atau Seelsorge, adalah soal fungsinya.

Sebuah fungsi yang saya refleksi selama 7 hari kursus saat itu sangat sederhana. Pada saat itu, saya merefleksikan peran dari engsel jendela. Pelayan spiritual orang sakit itu seperti sebuah engsel jendela.

Sebagai pelayan orang sakit, kita mesti punya jiwa dan cara hidup yang rileks dan fleksibel seperti sebuah engsel. Ada fungsi yang mengikat antara bingkai topang daun jendela dan mengikat daun jendela itu sendiri. 

Fungsi yang lainnya tentu saja bersifat terbuka. Dari keluwesan engsel itulah, orang bisa membuka jendela dan menutupnya. Orang bisa punya kesempatan untuk melihat dunia secara lebih luas dan bisa menutup kembali, lalu masuk ke dalam dirinya.

Semua terdiam, lalu dua pendamping kursus kami itu mengucapkan terima kasih berlimpah kepada saya dan juga menyusul oleh teman-teman lainnya.

Rumah itu sebuah simbol besar yang mengajarkan manusia tentang kehidupan. Tanpa paku misalnya, tidak ada ikatan yang kuat di setiap hubungan persambungan. Ya, rasa sakit dalam rumah itu bisa saja menjadi pengikat tumbuhnya cinta yang tak terpisahkan sampai berkarat.

Tentu saja masih banyak aspek yang bisa direfleksikan dari sebuah rumah, demikian juga kebocoran rumah barangkali juga adalah simbol dari realitas spiritual di tengah dunia yang dihimpit oleh kemajuan digital.

Orang lupa membangun relasi intim di dalam rumah, tetapi sukanya "bocor" keluar rumah. Bahasa keren nya itu "ember." Ya, itulah beberapa percikan kenyataan mulai yang dari masuk akal sampai realitas yang melampaui kenyataan, tetapi pada prinsipnya kehidupan manusia itu tidak terpisahkan dari dua realitas: fisik dan spiritual.

***

Salam berbagi, ino, 12.12.2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun