Saya membayangkan bahwa betapa besar perjuangan teman saya yang berusaha merangkul saya, padahal saat itu dalam posisi badan bau ketek hehehe.
Dari situ saya merasakan betapa kedalaman empatinya untuk mengubah saya. Sekali lagi untuk mengubah dan tidak untuk mempermalukan saya. Tentu berbeda dengan tujuan untuk mempermalukan.
Kalau yang bertujuan mempermalukan, ia bisa saja sejenak rangkul, lalu menarik mundur dan mengatakan, "Duh...badan kamu sih bau banget lho." Coba perhatikan terasa sekali bedanya.
Nah, itulah yang penting diperhatikan bahwa tujuan yang baik harus didukung dengan empati yang dalam, sehingga bias dari apa yang mau disampaikan itu ditangkap oleh penerima.
Tentu saja memberi empati tidak harus dilihat orang. Hal ini karena nilai dari empati itu harus muncul dari dalam hati dan asli atau tidak dibuat-buat.
Kalau hanya sekedar semacam sensasi, maka tujuan yang mulia itu akan buyar, bahkan orang akan membenci seakan cuma berniat untuk mempermalukannya.
Jadi, lakukan itu dengan totalitas hati dan tanpa perlu di depan orang. Kesendirian yang intensif dengan maksud hati yang murni pasti punya impact yang positif.
Salam berbagi, ino, 22.11.2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H