Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Ini 2 Alasan, Mengapa Eropa Hati-hati Membuat Pernyataan Terkait Rudal Jatuh di Polandia

17 November 2022   20:17 Diperbarui: 18 November 2022   04:45 1497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas polisi berkumpul di luar depot biji-bijian di Przewodow, Polandia timur, pada Selasa 15 November 2022 di mana Kementerian Luar Negeri Polandia mengatakan bahwa rudal buatan Rusia jatuh dan menewaskan dua orang.|AP PHOTO/STR

Sikap tenang dan tidak cepat-cepat menuduh itu adalah sikap bijak, sebab perang akan selalu buruk untuk siapa saja yang merasakan langsung dampaknya.

Hari ini saya sempat ngobrol dengan seorang penghuni rumah jompo yang sudah berusia 87 tahun. Ia pernah mengalami buruknya perang dunia kedua.

Katanya apapun itu yang namanya perang lebih baik tidak boleh lagi ada. Ia merasakan bagaimana ketika sedang dibangku sekolah harus lari ke ruangan bawah tanah (Keller) untuk menyembunyikan diri. Demikian juga ketika sedang tidur dan mendengar alarm peringatan dan harus cepat-cepat bangun untuk sembunyikan diri di Keller.

Di manakah ketenangan? Ya, manusia tidak mengalami ketenangan (Man hat keine Ruhe). Menurutnya, jika masih ada hal lain yang bisa dilakukan untuk damai, lakukanlah itu dan cepat-cepat memilih untuk tidak perang.

Perang itu sudah pasti brutal, katanya lagi. Mereka bisa dengan pesawat terbang sangat rendah dan melemparkan bom sesuka hati mereka, hanya dengan tujuan supaya kota ini porak poranda. Mereka tidak peduli siapa yang meninggal, berapa yang tersisa, anak kecil yang terlantar juga tidak dipikirkan mereka.

Krieg,...oh je, lieber nicht mehr. Ich möchte den nicht mehr erleben atau perang...oh je lebih baik tidak boleh lagi. Saya tidak ingin mengalami lagi perang, katanya.

Salam berbagi, ino, 17.11.2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun