2. Tertawa secara tulus dan bukan menertawakan
Tantangan yang tidak mudah adalah tertawa secara benar dan baik. Tertawa pada tempatnya. Sering tanpa disadari momen perjumpaan dengan pasien kejiwaan adalah momen lucu.Â
Sudah pasti pasien kejiwaan punya banyak hal aneh yang bisa saja terjadi secara berubah-ubah. Di mata siapa saja pasti semua gestikulasi pasien kejiwaan adalah aneh, bisa juga lucu.
Oleh karena itu siapapun dia apalagi sebagai seorang psikiater, tentu saja harus memiliki kemampuan dalam hal tertawa. Tertawa dalam kesadaran penuh untuk menyanjung dan bukan untuk menertawakan yang lain.
3. Hindari sikap agresif
Pasien kejiwaan umumnya mudah terbawa emosi menjadi agresif. Kesimpulan ini berangkat dari pengalaman melihat beberapa perjumpaan orang-orang yang berusaha mengusir pasien kejiwaan dengan cara yang kasar.
Kenyataan yang sering terjadi di luar dugaan yakni bahwa pasien kejiwaan punya emosi negatif yang sangat sensitif. Ya, rentan agresif kayanya. Jangan coba-coba mancing yay nanti bisa kena batunya.
Oleh karena itu, sebaiknya orang secara sadar mengabaikan kecenderungan sikap dan tindakan yang berindikasikan cara-cara agresif, apalagi mengarah kepada kekerasan fisik.
4. Bertutur kata yang baik dan positif
Tidak kalah penting dari hindari sikap agresif, sebenarnya sangat penting bagi siapa saja yang berhadapan dengan pasien kejiwaan adalah memiliki tutur kata yang baik dan positif.
Dalam hal ini, penting sekali orang menyadari kekuatan kata-kata yang bisa mengubah menjadi lebih baik. Kata-kata bisa membuat orang lain tenang, damai dan bisa menerima dirinya.