Perjalanan dilanjutkan sampai di Gttingen dan sebagian orang turun; ada beberapa orang dengan wajah orang Suriah turun di sana. Rupanya mereka tinggal di sana atau mengunjungi kenalan yang ada di sana.
Satu hal yang saya kagumi adalah bahwa saudara-saudara yang muslim di Jerman khususnya yang perempuan pada hari itu mereka mengenakan kerudung dengan corak putih, entahkan punya artinya, saya belum tahu itu.
Fenomena kerudung putih itu, saya temukan juga ketika tiba di Hildesheim. Â Pada tanggal 1 Mei 2022 saya menghadiri satu acara renungan untuk anak-anak yang dihadiri juga oleh orangtua mereka.
Saya amati setelah acara renungan itu datang pula empat perempuan yang berkerudung putih. Saya hanya yakin bahwa mungkin karena hari raya, sehingga mereka mengenakan kerudung putih.
Kebetulan sekali kenalan saya bekerja di rumah sakit dan ia mengenal juga beberapa teman kerja di rumah sakit itu. Nah, ternyata ada seorang muslim yang hadir sejak awal renungan itu.
Pada saat itulah kami memberikan salam frohes Zuckerfest. Ibu itu ternyata bekerja di rumah sakit sebagai perawat. Ia berasal dari Iran. Â Kami sempat berkenalan dan ternyata dia seorang yang sudah lama bergabung dalam kelompok Malteser, grup yang suka menolong orang-orang Jompo mengikuti kegiatan kerohanian, hiburan , terapi dan lain sebagainya.
Renungan rohani dan sulapan dunia
Acara renungan itu diakhiri dengan acara sulap-sulapan yang dibawakan oleh seorang Sauber. Namanya Yohanes, ia pernah menjadi pesulap di Chicago dan beberapa kota di Eropa.
Sebuah permainan yang sangat lucu dan menarik bahkan menjadi lebih menarik dari sebuah renungan rohani. Dari kenyataan itu saya sempat berkomentar pada teman saya.
Saya tertarik dengan kenyataan ini; tadi pada saat renungan, peserta yang hadir mungkin 20 orang. Sekarang setelah acara renungan atau saat ada sulap sudah terlihat lebih dari 100 orang.