Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Arus Balik di Jerman dan Kerudung Putih

7 Mei 2022   18:39 Diperbarui: 24 Juni 2022   16:03 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arus balik 30 April- 1 Mei 2022 dan Kerudung Putih di Jerman | Dokumen diambil dari: hildesheimer-allgememeine.de

Arus balik dalam hidup itu terjadi ketika pengalaman perjalanan akhirnya bersentuhan dengan perubahan sudut pandang tentang manusia dan dunia sekitarnya hingga memberi makna dan hikmah.

Sabtu, 30 April 2022 merupakan hari liburan, yang bagi saya terasa istimewa karena bisa pergi menikmati indahnya kota-kota lain di Jerman. Bepergian bersamaan dengan saudara-saudara muslim yang sedang menikmati liburan Lebaran.

Perjalanan dari Frankfurt pada hari itu mulanya menyenangkan. Pada Kamis 28 April 2022 saya membeli tiket perjalanan dari Frankfurt ke Hildesheim dengan menggunakan sarana transportasi kereta cepat, ICE.

Oleh karena membeli tiket dalam waktu dekat dengan waktu perjalanan, maka harga tiket waktu itu lumayan mahal, sekitar 70 euro atau seharga 980.000 rupiah sesuai nilai tukar saat ini.

Direncanakan keberangkatan dari Stasiun Frankfurt jam 9.30 pagi dan akan menghabiskan waktu selama 2 jam 30 menit perjalanan. Pada saat pembelian tiket, petugas menanyakan kepada saya apakah perlu memesan tempat duduk atau tidak. 

Waktu itu saya menduga bahwa pada musim liburan lebaran ini, pasti ada banyak penumpang, ternyata katanya, kursinya banyak yang tidak ditempati jadi tidak perlu memesan tempat duduk. 

Soalnya lumayan mahal juga biaya pesanan satu tempat duduk, bisa mencapai harga dari 7-10 euro lagi. Nah, saya akhirnya memilih untuk tanpa punya pesanan tempat duduk.

Ketika saya mendengar informasi itu, hati saya sangat senang tentunya. Saya membayangkan pasti bisa punya tempat duduk nyaman dan bisa menggunakan internet gratis.

Memang sih, kenyataannya bisa dinikmati bersama jasa perjalanan kereta cepat ICE. Akan tetapi, hal yang tidak saya duga adalah bahwa kereta itu terlambat tiba sejam. 

Menunggu dan perjumpaan dengan yang lain yang berbagi

Dalam waktu sejam itulah, saya akhirnya punya banyak waktu untuk sarapan pagi di stasiun kereta atau Bahnhof Frankfurt am Main.

Di sela-sela istirahat menunggu datang kereta ke Hildesheim, saya melihat ada banyak sekali yang berlari-lari mengejar kereta lainnya dan juga ada yang memaksa proses pembayaran di toko roti secara cepat.

Beberapa keluarga yang mengenakan kerudung sangat jelas adalah orang Ukraina. Ternyata orang Ukraina juga ada yang muslim dan mereka sedang lari dari perang.

Duh, saya sedikit terdiam berdiri tidak jauh dari mereka, sambil memperhatikan dua anak kecil yang bermain-main lalu meminta roti pada opa mereka.

Saya tidak tahu persis seperti apa status orang tua itu. Saya menduga adalah tiga perempuan itu adalah istri, saudara dan putrinya yang juga punya dua orang anak yang masih kecil.

Tidak lama kemudian mereka membagikan sebuah roti. Jadi, satu roti dibagi-bagikan kepada istri, temannya dan juga untuk anak dan cucu-cucunya.

Salaman di tengah suasana sulit

Saya tersentak oleh pemandangan-pemandangan unik hari  itu, ternyata pada belahan bumi yang lain, liburan dan suasana arus balik itu berbeda pula ceritanya. Hal yang menarik bahwa pada waktu itu mereka tidak sendirian, tetapi ada juga beberapa keluarga lainnya yang berasal dari Ukraina.

Saya tahu itu ketika mendengar ucapan salam mereka dan pakaian mereka yang khas. Salam Assalamualaikum terdengar saat itu. Saya merasakan bahwa sebetulnya mereka ingin sekali merayakan suasana Idul Fitri bersama keluarga bukan di stasiun kereta api atau di jalan, tetapi di rumah bersama seluruh anggota keluarga, tapi perang telah mengubah semuanya tanpa hitung apakah suasana itu disukai atau tidak.

Jeda satu jam di stasiun kereta akhirnya menyibakan saya pada satu pemandangan dengan perspektif yang berbeda. Ternyata arus balik itu tidak sama, arus balik bagi sebagian orang Ukraina adalah menyelamatkan diri dan keluarga mereka dari perang.

Perjalanan berlanjut, kenangan tertinggal dalam benak pikiran dan kenangan kerudung putih

Ketika jam keberangkatan tiba, saya berangkat dengan aman dan lancar, bisa menemukan tempat duduk sendirian dengan sinyal internet yang sangat bagus kualitasnya.

Ada tiga kali berhenti, saya melihat keramaian di stasiun hari itu berbeda-beda tingkat keramaiannya. Berhenti pertama di Fulda, tidak banyak saya melihat orang turun. Seterusnya ketika masuk wilayah Kalsel saat itu baru terlihat banyak yang turun, termasuk juga ada banyak saudara-saudara yang muslim turun di sana.

Perjalanan dilanjutkan sampai di Gttingen dan sebagian orang turun; ada beberapa orang dengan wajah orang Suriah turun di sana. Rupanya mereka tinggal di sana atau mengunjungi kenalan yang ada di sana.

Satu hal yang saya kagumi adalah bahwa saudara-saudara yang muslim di Jerman khususnya yang perempuan pada hari itu mereka mengenakan kerudung dengan corak putih, entahkan punya artinya, saya belum tahu itu.

Fenomena kerudung putih itu, saya temukan juga ketika tiba di Hildesheim.  Pada tanggal 1 Mei 2022 saya menghadiri satu acara renungan untuk anak-anak yang dihadiri juga oleh orangtua mereka.

Saya amati setelah acara renungan itu datang pula empat perempuan yang berkerudung putih. Saya hanya yakin bahwa mungkin karena hari raya, sehingga mereka mengenakan kerudung putih.

Kebetulan sekali kenalan saya bekerja di rumah sakit dan ia mengenal juga beberapa teman kerja di rumah sakit itu. Nah, ternyata ada seorang muslim yang hadir sejak awal renungan itu.

Pada saat itulah kami memberikan salam frohes Zuckerfest. Ibu itu ternyata bekerja di rumah sakit sebagai perawat. Ia berasal dari Iran.  Kami sempat berkenalan dan ternyata dia seorang yang sudah lama bergabung dalam kelompok Malteser, grup yang suka menolong orang-orang Jompo mengikuti kegiatan kerohanian, hiburan , terapi dan lain sebagainya.

Renungan rohani dan sulapan dunia

Acara renungan itu diakhiri dengan acara sulap-sulapan yang dibawakan oleh seorang Sauber. Namanya Yohanes, ia pernah menjadi pesulap di Chicago dan beberapa kota di Eropa.

Sebuah permainan yang sangat lucu dan menarik bahkan menjadi lebih menarik dari sebuah renungan rohani. Dari kenyataan itu saya sempat berkomentar pada teman saya.

Seorang Sauber atau pesulap sedang beraksi | Dokumen pribadi oleh Ino (1/5/2022)
Seorang Sauber atau pesulap sedang beraksi | Dokumen pribadi oleh Ino (1/5/2022)

Saya tertarik dengan kenyataan ini; tadi pada saat renungan, peserta yang hadir mungkin 20 orang. Sekarang setelah acara renungan atau saat ada sulap sudah terlihat lebih dari 100 orang.

Nah, saya terserap sedikit ke sudut refleksi tentang dunia yang menarik dan dunia spiritual dewasa ini. Dunia yang menarik adalah dunia hiburan dimana orang diberikan kebebasan untuk terlibat, tertawa dan berpartisipasi.

Tentu berbeda sekali dengan dunia spiritual yang serius, hening, sepi; ya, dunia yang sangat kering. Oleh karena itu, sebenarnya tidak heran pada sesi renungan, sedikit sekali orang yang hadir. Padahal seorang Sauber hadir dan duduk manis juga mengikuti acara renungan itu, sekalipun ia duduk tanpa punya kesempatan untuk melakukan aksi sulapnya.

Dunia sulap itu ternyata dunia universal.  Dunia sulap itu ternyata menarik mata semua orang, anak kecil suka, orang dewasa juga suka, bahkan saya bisa mengatakan dunia sulap itu melampaui agama-agama.

Di sana tak bedakan agama apa, tetapi semua pun membutuhkan gelak tawa dan sukacita. Mungkin ini hanya sebuah sudut pandang bahwa dunia religius perlu dipadukan dengan cerita dan suasana yang santai penuh tawa.

Perjalanan pulang: belajar duduk seperti pengemis

Saat untuk kembali ke Frankfurt sudah tiba. Saya kembali menunggu di Stasiun kereta pukul 18.30. Tidak disangka bahwa pada arus balik itu ada begitu banyak penumpangnya.

Saya tidak punya kesempatan untuk memperoleh tempat duduk sampai di wilayah Kassel. Pada hari itu saya harus duduk di lorong tengah dekat pintu keluar. Ya, mirip seorang pengemis.

Ya, saya tidak sendiri sih, waktu ada juga seorang perempuan yang duduk di situ. Meskipun duduk melantai, ia terlihat khusuk membaca buku sampai di Fulda.

Saya tidak mengerti mengapa pada tanggal 1 Mei malam itu terlihat banyak sekali penumpangnya dan terlihat jelas sekali banyak saudara-saudara yang muslim pada saat itu ke Frankfurt.

Prediksi saya adalah bahwa oleh karena rute perjalanan kereta itu dari Berlin, makanya kemungkinan banyak sekali yang berdatangan atau kembali dari mudik di Berlin. Perjalanan pada saat kembali berjalan sangat lancar dan tepat waktu, baik berangkat dan tibanya di Frankfurt.

Pilihan arus balik dengan menggunakan kereta cepat untuk konteks di Jerman, barangkali adalah pilihan yang tepat. Hal ini karena namanya kereta cepat, makanya sudah pasti waktu berangkat dan tiba sangat mungkin tepat waktu. Belum lagi soal keamanan perjalanan dan fasilitas internet yang sangat terjamin.

Orang bahkan bisa saja membeli makanan di dalam kereta cepat itu. Saya pikir lebih baik mudik dengan menggunakan kereta cepat daripada dengan menggunakan kendaraan pribadi.

Kemungkinan macet dengan menggunakan kendaraan pribadi sudah pasti ada. Nah, tentu berbeda dengan perjalanan dengan menggunakan ICE, jika lelah kamu bisa tidur atau sepanjang jalan, kamu bisa menelpon keluarga, chatting, menulis, menonton film dan lain sebagainya. 

Tentu, jika ada hal-hal lain seperti jika ada kerusakan atau kecelakaan, maka akan ada keterlambatan, namun hal seperti itu sangat jarang terjadi.

Demikian cerita arus pergi dan arus balik dari Frankfurt ke Hildesheim dan dari Hildesheim kembali ke Frankfurt pada tanggal 30 april sampai 1 Mei 2022.

Arus perjalanan yang tidak pernah sepi oleh aneka ragam pengalaman, bahkan bisa dikatakan sebuah pengalaman arus balik yang menyentuh sudut pandang tentang dunia dan manusia serta kerinduannya. Di sana ada salam, ada cerita tentang lapar dan membagikan roti, ada cerita tentang kerinduan mempunya tempat yang aman dan aneka cerita tentang perjumpaan dengan orang lain yang berbeda.

Salam berbagi, ino, 7.05.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun