Bunga di pinggir jalan dan pesan maaf
Kesalahan dan kekeliruan manusiawi itu pasti saja ada dalam setiap cerita perjalanan manusia. Nah, barangkali cerita dan poin permenungan tentang makna bunga di pinggir jalan di atas bisa saja menjadi satu cara pandang yang bisa menolong.
Sederhananya, jika ada kesalahan dalam perjalanan, jangan lupa lihat kebaikan orang itu dan berilah dia maaf. Soalnya perjalanan mudik itu adalah juga perjalanan rohani yang penuh dengan cobaan dan godaan.
Sangat mungkin potensi untuk menjadi tidak sabaran itu akan menonjol ketika seseorang lelah dan kelaparan. Oleh karena itu, anggaplah perjalanan mudik itu adalah sesi terakhir dari perjalanan puasa selama ini supaya tidak marah tapi menjadi pemaaf dalam perjalanan.
Maaf dalam perjalanan mudik barangkali cara yang terbaik. Mengapa? Jika saja ada kesalahan kecil lalu diberikan reaksi yang hebat bersama emosi yang tidak terkendali, maka hal yang sebenarnya kecil itu akan berubah fatal dan besar dalam waktu sekejap.
Hal itu tentu sangat tidak enak, apalagi perjalanan bersama istri dan anak-anak. Oleh karena itu, fokuslah pada tujuan, sambil melihat positif bahwa yang salah dalam perjalanan adalah manusia yang juga mohon dimengerti karena sama-sama membutuhkan jalan dan mengharapkan sampai ke tujuan dengan selamat.
Lebih baik jangan menciptakan pertengkaran selama perjalanan ke rumah atau ke kampung halaman. Nah, cara pikir yang membantu siapa saja untuk tiba dengan selamat tentu saja sangat dibutuhkan saat ini.
Ada beberapa kebijakan praktis yang bisa saja menolong siapa saja yang mudik saat ini:
1. Mudik itu adalah bagian dari ziarah iman
Perjalanan iman seseorang bukan semata-mata itu terjadi hanya dalam dunia pikiran dan visi yang dimiliki secara rohani saja, tetapi bisa saja terjadi mulai dari tingkat yang sangat manusiawi.