Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Buah Kuwu dan Percikan Edukasi tentang Spiritualitas Kehidupan

8 Maret 2022   12:20 Diperbarui: 9 Maret 2022   08:10 3048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibarat seperti biji kuwu, tidak akan bisa dipakai sebagai bahan makanan, jika tidak pernah dibersihkan dengan abu atau jika tidak membiarkan diri dibersihkan dengan abu.

Abu kesadaran manusia itu penting untuk melihat hubungan sebab akibat dalam hidup ini. 

Pada prinsipnya, berjuang untuk menjadi bersih sehingga layak dinikmati dan berguna bagi orang lain akan jauh lebih penting daripada menjadi abu yang terbang tidak teratur lalu mengotori semua yang lainnya.

Demikian, ulasan kecil tentang tumbuhan kuwu yang hidup di Ende, Flores dan bijinya bisa dimakan dengan cita rasa manis serta gurih. Cerita dan kenyataan kuwu dalam konfrontasi dengan kenyataan bangsa saat ini akhirnya merujuk pada spiritualitas kehidupan bersama sebagai bangsa. 

Ya, sebuah usaha untuk mengaktualkan pesan hening dari tumbuhan liar di hutan Flores ke dalam kerangka hubungan manusia dan tumbuhan, bumi dan alam semesta ini dengan aksen pesan dan makna yang menjadikan lebih ramah pada sesamanya, pada bumi dan alam sekitarnya. 

Saatnya karya ciptaan berbicara dalam sepi mengajarkan manusia tentang hidup dalam damai, saling mengikat hubungan yang harmonis, bertumbuh dan berbuah yang baik bagi dunia dan manusia.

Salam berbagi, ino 8.03.2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun