Hiasan alam itu sangat indah oleh karena buah-buah kuwu yang bergantungan pada batang bambu, bahkan kekuning-kuningan dan berwarna merah muda.
Kuwu dan kepuasan batin anak-anak
Masa sekolah dasar (SD) itu masa suka coba-coba. Saya masih ingat waktu itu saat pulang dari sekolah. Saat itu, kami mengambil batu-batu kecil dan menguji kejituan untuk mendapatkan buah kuwu dari pohon bambu.
Siapa yang bisa melempar dengan batu dan mengenai buah kuwu, maka ia pasti bersorak riang. Tentu kepuasan tersendiri jika mengenai buahnya dan jatuh. Keuntungan ganda sudah menanti, yakni sebagai pemenang dan juga nantinya akan bisa dimakan bersama teman-teman.
Masa kecil waktu itu merasakan bagaimana yang namanya kepuasan batin. Kepuasan batin seorang anak ketika bisa meraih yang tinggi hingga bisa berguna untuk dinikmati bersama teman-teman.Â
Sebuah kisah kecil yang masih terkenang hingga kini.
Ya, terasa bahwa ada satu proses edukasi yang tidak kami sadar, tetapi berjalan bersama dengan lingkungan, tumbuh-tumbuhan dan alam. Pada masa itu, kami telah belajar mengalami kepuasan batin.
Suatu kepuasan batin yang diperoleh ketika berkonsentrasi pada tujuan yang ingin dicapai. Di sana terasa pula ada feeling dalam menakar sesuatu.
Kuwu dan ranting perekat yang menyatukan
Kuwu adalah tumbuhan meranggas yang sangat mirip dengan sejenis labu, namun warna daun-daunnya lebih putih keabu-abuan. Warna buah memang tampak mirip sekali dengan sejenis labu hutan.Â
Perbedaan yang sangat mencolok adalah pada buahnya. Buah kuwu tidak bisa dimakan, kecuali biji dalamnya. Meskipun demikian, jenis tumbuhannya tetap saja bisa dikategorikan jenis tumbuhan merambat yang menjalar pada pohon dan bambu.