Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Buah Kuwu dan Percikan Edukasi tentang Spiritualitas Kehidupan

8 Maret 2022   12:20 Diperbarui: 9 Maret 2022   08:10 3048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses selanjutnya adalah orang hanya membutuhkan satu wadas entah dari tanah atau aluminium yang dipanaskan pada yang api secukupnya, kemudian biji kuwu digoreng atau disangrai yang dicampur dengan sedikit garam.

Rasanya adalah manis dan gurih, renyah. Memang enak sekali biji kuwu itu untuk menemani kebersamaan misalnya di pantai atau duduk menonton bola dan lain sebagainya.

Membudidayakan kuwu sebagai peluang UMKM di desa

Sebenarnya jika pemerintah membicarakan UMKM, maka tema tentang membudidayakan makanan khas itu menjadi topik relevan yang perlu mendapat perhatian.

Cuma sayang sekali tidak banyak orang tertarik untuk membudidayakannya sehingga menjadi makanan khas Flores. Nah, saya jadi ingat tentang makanan ringan di Jerman saat duduk cerita bersama dengan teman-teman, ada banyak sekali makanan unik yang dihidangkan pada saat itu.

Nah, mengapa peluang itu tidak digunakan? Pertanyaan ini tentu untuk memotivasi masyarakat Flores umumnya dan masyarakat Ende khususnya supaya memperkenalkannya.

Lebih dari sekadar memperkenalkannya sebetulnya makanan khas seperti itu bisa menjadi suatu potensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Terasa sekali bahwa masih ada banyak sekali peluang UMKM di desa-desa yang dapat meningkatkan ekonomi dan pendapatan masyarakat.

Kendala yang mungkin saja, mengapa masyarakat akhirnya tidak bergairah untuk membudidayakannya, bisa saja oleh karena tidak adanya daya gerak dari pemerintah daerah. 

Andaikan saja, ada program dari pemerintah untuk menunjukkan makanan khas wilayah masing-masing dan bahkan akan diberikan penghargaan bagi mereka yang mau memperkenalkannya, maka sangat mungkin banyak yang tergerak hati.

Selain itu seandainya saja bahan-bahan makanan itu semakin dikenal luas dan dibutuhkan, maka gairan petani desa akan semakin bertumbuh untuk mengusahakannya. 

Nah, berbanding terbalik, jika pemerintah daerah tidak punya gairah dan ketertarikan (Interesse) untuk pengembangan produk lokal yang khas, maka tetap saja tidak ada semangat dan tanda-tanda perkembangan yang bisa diharapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun