Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Buah Kuwu dan Percikan Edukasi tentang Spiritualitas Kehidupan

8 Maret 2022   12:20 Diperbarui: 9 Maret 2022   08:10 3048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buah kuwu dan percikan edukasi tentang spiritualitas kehidupan | Dokumen oleh Vita Jo.

Kalau bukan perang, pasti ancaman dan makian, protes, penghinaan, penodaan agama dan lain sebagainya. Kalau orang-orang dewasa seperti itu umumnya, ya mau ke mana anak-anak yang adalah generasi masa depan bangsa ini?

Di mana letak kepuasan batin mereka, kalau tanpa ada edukasi yang tenang, damai dan toleransi yang dilandasi oleh sikap saling menghormati? Sayang sekali, hiruk pikuk di kota berkutat soal ucapan yang sebenarnya hasil pelentiran sepihak, orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang cuma ingin ricuh dan rusuh negeri ini. 

Kepuasan batin anak-anak, situasi yang kondusif dalam menciptakan atmosfir belajar yang damai pasti jauh lebih penting dari pada berurusan dengan saling menghakimi.

Kuwu adalah tumbuhan kecil yang mengajarkan pola edukasi dengan akses pada kepuasan dan kebersamaan anak-anak. Itu kenangan dan sekaligus inspirasi untuk manusia zaman sekarang membangun hubungan harmonis manusia dan alam.

3. Bangsa ini membutuhkan ranting perekat yang menyatukan kita sebagai anak bangsa

Perekat kehidupan kita sebagai bangsa semestinya muncul dari kesadaran bahwa kita semua adalah saudara. Kita semua orang Indonesia, yang pernah terpuruk karena dijajah, namun bangkit dan berkembang hingga sekarang karena kita menjunjung tinggi UUD 1945 dan Pancasila.

Kita punya sejarah yang sama, punya satu bahasa, bahasa Indonesia dan masih banyak sekali kesamaan yang kita miliki. Kita sebenarnya tidak punya alasan untuk hidup di dalam perpecahan. 

Ibarat tumbuhan kuwu logikanya akan menjadi seperti ini, 

"Jika kamu mau hidup, berkembang dan berbuah, peluklah kuat pohon (UUD 1945, keutuhan NKRI) dan bambu perjuangan mempertahankan (Pancasila) ini, satukan dirimu dengan prinsip-prinsip bangsa ini, maka kamu tidak akan terpisah dan menjadi kering tidak berbuah."

4. Berhenti saling menuding, tetapi berjuang untuk membersihkan diri

Cara sederhana membersihkan biji kuwu dengan menggunakan abu, bisa juga menjadi inspirasi tentang spiritualitas yang menyadarkan manusia tentang kefanaannya dirinya.

Abu tidak berguna dan terasa begitu penting, jika tidak ada biji kuwu yang licin. Dalam konteks tulisan ini, sebetulnya abu baru berguna ketika dipakai manusia untuk membersihkan yang lain sehingga bisa dimakan oleh kebanyakan orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun