Kuwu tumbuh merambat secara sangat perlahan, namun setiap mengeluarkan pucuk baru, di sana selalu ada seperti ranting kecil yang berfungsi mengikat pada sandarannya.
Kekuatannya sebenarnya terletak pada kemampuannya mengikat diri pada apa yang menjadi sandarannya. Ia begitu menyatu dengan pohon dan bambu, sehingga jika diterpa angin, maka kuwu akan mengikuti arah pohon dan bambu itu.
Pada setiap buku yang berjarak sekitar setiap 30 cm akan dikeluarkan dua ranting sebagai tali pengikat yang membalut dan lengket pada pohon dan bambu.Â
Rupanya pada ranting muda itu ada zat perekat yang menyatukannya dengan yang lainnya. Sebegitu menyatunya ranting kuwu pada pohon dan bambu itu, sampai-sampai jika pohon itu tumbang, maka kuwu pun ikut dan tetap saja lengket pada batang pohon.Â
Proses pengolahan kuwu
Buah kuwu dan pengolahannya menjadi bahan makanan ternyata sangat sederhana. Penting untuk diketahui bahwa buah kuwu punya lapisan seperti daging alpukat, namun pada kuwu terasa jauh lebih keras.
Bagian isinya itu tidak lain berfungsi untuk membungkus biji dalamnya. Daging pembungkus itu sama sekali tidak punya fungsi apa-apa.Â
Bagian yang dimakan adalah biji dalam dari buah kuwu, seperti pada gambar yang terlihat sedikit hitam itu. Akan tetapi, pada biji itu ada lagi selaput yang lengket kuat sekali pada kulit bijinya.
Selaput itu sangat licin dan sulit sekali untuk membersihkannya tanpa material lain sebagai sarana bantunya. Oleh karena itu, umumnya masyarakat di sana menggunakan abu dapur sebagai zat pembersih selaput dalam yang membungkus biji kuwu.
Prosesnya sederhana, orang hanya perlu menabur pada biji-biji kuwu itu dengan abu dapur, selanjutnya diremas, maka dengan sendirinya selaput itu akan dengan mudah dikeluarkan dari biji dalamnya.
Nah, selanjutnya, biji-biji kuwu itu dibersihkan dengan air sampai tidak ada abu lagi. Oleh karena itu, bisa saja dibersihkan 2 kali supaya benar-benar bersih dari debu dan abu dapur.