Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kayu Rengga, Buah Meru, dan Misteri Pohon Identitas

12 Februari 2022   04:41 Diperbarui: 13 Februari 2022   02:28 3264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon rengga atau meru | Dokumen pribadi oleh Vita Jo.

Uniknya bahwa pada setiap buku pada batangnya sekaligus merupakan tempat yang bisa mengeluarkan bunga dan buah. 

Buah meru yang indah dari buku pohon bagian pangkal | Dokumen pribadi oleh Vita Jo.
Buah meru yang indah dari buku pohon bagian pangkal | Dokumen pribadi oleh Vita Jo.

Nah, itu tidak berarti bahwa dahan muda sama dengan orang muda yang tidak berbuah, tetapi bahwa kenyataan pohon rengga membicarakan sesuatu seperti itu, batang yang tua dan matang itu akan terus mengeluarkan bunga dan berbuah setiap musim bunga.

Meru dan kenangan

Musim bunga pohon rengga yakni bulan Januari sampai April. Saya masih ingat cerita tentang pohon rengga itu pada tahun 1988. 

Tahun itu di Flores merupakan tahun terburuk. Ya, pada tahun itu ada bencana besar banjir (Ãœberschwemmung) dan juga tahun gagal panen.

Pada tahun itu, saya mengenal masakan sang ibu dari buah meru itu, buah dari pohon rengga. Ya, bagi saya masakan ibuku pada saat itu adalah masakan paling enak. 

Buah meru dicampur dengan jagung muda lalu direbus sekitar setengah jam lalu dimasukin juga dengan sayur daun kacang, bunga kurbis, lalu dibumbui dengan air jeruk, garam dan cabe secukupnya.

Bagi saya itu masakan paling enak pada saat lapar di tahun 1988. Sebuah kenangan indah saat ibu mengajak memetik buah meru yang tidak jauh dari pondok di kebun saat itu masih sangat jelas dalam ingatan. 

Sebagai seorang anak kecil tanpa banyak bertanya langsung mencoba makan sebiji tanpa seizin sang ibu. Ternyata rasanya tidak enak seperti setelah dimasak. Hal ini karena masih ada seperti getah, meskipun tidak banyak.

Tidak bisa dilupakan bahwa pada saat para petani gagal panen, justru pohon rengga berbuah sangat lebat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun