Uniknya bahwa pada setiap buku pada batangnya sekaligus merupakan tempat yang bisa mengeluarkan bunga dan buah.Â
Nah, itu tidak berarti bahwa dahan muda sama dengan orang muda yang tidak berbuah, tetapi bahwa kenyataan pohon rengga membicarakan sesuatu seperti itu, batang yang tua dan matang itu akan terus mengeluarkan bunga dan berbuah setiap musim bunga.
Meru dan kenangan
Musim bunga pohon rengga yakni bulan Januari sampai April. Saya masih ingat cerita tentang pohon rengga itu pada tahun 1988.Â
Tahun itu di Flores merupakan tahun terburuk. Ya, pada tahun itu ada bencana besar banjir (Ãœberschwemmung) dan juga tahun gagal panen.
Pada tahun itu, saya mengenal masakan sang ibu dari buah meru itu, buah dari pohon rengga. Ya, bagi saya masakan ibuku pada saat itu adalah masakan paling enak.Â
Buah meru dicampur dengan jagung muda lalu direbus sekitar setengah jam lalu dimasukin juga dengan sayur daun kacang, bunga kurbis, lalu dibumbui dengan air jeruk, garam dan cabe secukupnya.
Bagi saya itu masakan paling enak pada saat lapar di tahun 1988. Sebuah kenangan indah saat ibu mengajak memetik buah meru yang tidak jauh dari pondok di kebun saat itu masih sangat jelas dalam ingatan.Â
Sebagai seorang anak kecil tanpa banyak bertanya langsung mencoba makan sebiji tanpa seizin sang ibu. Ternyata rasanya tidak enak seperti setelah dimasak. Hal ini karena masih ada seperti getah, meskipun tidak banyak.
Tidak bisa dilupakan bahwa pada saat para petani gagal panen, justru pohon rengga berbuah sangat lebat.Â