Keuntungannya adalah orang tidak perlu menggoreng biji sukun dengan menggunakan minyak. Ya, nggak harus mikir minyak goreng mahal.
Sederhana sekali, orang hanya butuh suhu panas saja dan dalam beberapa menit saja sudah matang dan boleh dimakan.Â
Saya masih ingat ketika bencana alam melanda Flores tahun 1988, di pasar ditemukan banyak sekali biji sukun yang dijual. Biji sukun telah menjadi ekonomi pilihan di saat sulit.
Bahkan penjual-penjual itu sudah memanjakan pembelinya, biji sukun sudah dikupas bersih, kemudian dibungkus dalam plastik, ya mirip seperti biji kacang goreng, namun rasanya lebih enak biji sukun.
Oleh karena cita rasa enak, manis dan mudah mengolahnya, maka tidak jarang anak-anak sekolah seusai sekolah target utama mereka adalah mencari biji sukun.Â
Indahnya bahwa setelah digoreng, anak-anak sekolah duduk bersama dengan orangtua mereka makan sambil berebutan memecahkan biji sukun.
Biji sukun punya cangkang yang sangat tipis kira-kira 0,5 mm, namun ketika digoreng, maka cangkang itu menjadi mengeras dan orang harus menggunakan kuku untuk membukanya.Â
Ada pula cara sederhana yang disebut dengan nama gura tere atau cara mengupas dengan menggiling biji sukun yang sudah digoreng dengan bahan yang lebih keras.
Setiap kali makan buah Nus di Jerman, yang mana cara memecahkannya dengan alat khusus, saya selalu ingat kembali masa kecil saat berjuang membuka cangkang biji sukun dengan menggunakan kuku.Â
Andaikan sukun itu ada di Jerman, pasti mereka sudah menciptakan alat kupasnya.