Puisi itu tidak dikenakan label biru. Meskipun demikian, dalam puisinya ia menyebut kata biru. Ia adalah seorang penulis Taruna dengan angka-angka pada statistik pribadinya yang bisa memberikan sinyal tertentu tentangnya. Â Ia menulis sebanyak 247 karya, dengan rating sebanyak 1,357, lalu komentar sebanyak 2,916, karya yang memperoleh label pilihan 13, artikel utamanya sebanyak 24, keterbacaannya sebanyak 164,505, punya poin: 6.735; dengan followers 1.040 dan following sebanyak 1,018.
Sayang sekali saya tidak tahu kapan Indriati See mulai menulis di Kompasiana. Â Cuma diketahui tulisan pertamanya pada 26 Juni 2015 dengan judul: "Oh Hollister."Â
Sejak 5 tahun lalu, langkahnya terhenti untuk aktif menulis di Kompasiana karena menderita kanker. Sejak saat itu, ia mulai menjalani hidup dengan melawan kanker dengan cara chemotherapy dan Behandlung lainnya di Jerman.
Seorang teman menulis pesan kecil tentang Indriati: "Ia punya 3 Â Putra-putri yang sukses. Putra-putrinya dididik dengan jiwa kenal Indonesia khususnya NTT."Â Satu tulisan kecil tentang Indriati yang berkaitan dengan rencananya:Â
"Sosok yang kuat, semangat, inspiratif, tulus...Tuhan lebih sayang dirimu...sangat sedih. Sejak tahun lalu kita (Merpati) mau bikin podcast tentang  NTT dan juga inget kata-katanya...Sis Yanthi kalau sudah pas waktunya kita podcast tentang cerita salah satu Putri Kepala Suku di NTT yang sukses dengan tiga orang putra-putrinya selain penulis buku cerita anak-anak yang telah diterbitkan di Gramedia dan aktif menulis di Kompasiana juga kegiatannya yang begitu banyak dalam program-program besar Indonesia di Jerman, tanpa banyak orang tahu dan muncul namanya. You kak Gaby." (Yanti).
Ia adalah seorang wiraswasta yang bermukim di Jerman. Saya sendiri pernah bertemu bu Indriati pada tahun 2015 di KJRI Frankfurt, namun setelahnya tidak ada kelanjutan komunikasi lagi. Apa yang menarik dari kepergian seorang Indriati See?
Meninggal sebagai seorang penulis
Pada saat pertama mendengar namanya, saya langsung ingat terkait kegiatan-kegiatan yang pernah diselenggarakannya terkait promosi kain tenun di beberapa kota di Jerman. Cerita saat perjumpaan pertama itu yang menjadikan saya penasaran, apakah ada jejak digital tentang Indriati.
Penelusuran saya berujung pada perjumpaan dengan tulisan terakhirnya sebagai berikut:Â
Jeda...tuk menikmati keindahanmu, kadang membawa ceria, kadang kelabu.
Biru berhiaskan putih-tampak berani, suci dan bersih.
Ajak aku untuk menyentuhmu dalam kelembutan abadi walau hanya keinginan hati tapi.....
Indiati See - HiR, 28.10.2016.
Saya berharap bahwa puisi ini dibaca oleh teman-teman penulis Kompasiana tanpa lihat soal labelnya. Dengan rasa duka, saya coba menafsir sesuai pemahaman pribadi.
Misteri "Jeda" Â dalam hidup manusia
Jeda itu adalah suatu saat dalam hidup manusia. Suatu kurun waktu, di mana seseorang berhenti untuk melakukan hal yang biasanya atau hal sudah menjadi kesehariannya. Puisi: Menatap Karya-Mu adalah jawaban dari pertanyaan mengapa Indriati menuliskan kata "jeda" pada puisi terakhir dalam hidupnya.