Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dilema Antara Kebebasan Berpendapat, "Wartawan Kaleng-kaleng" dan Scamadviser

16 Desember 2021   14:43 Diperbarui: 18 Desember 2021   16:23 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilutrasi tentang dilema antara kebebasan berpendapat, wartawan kaleng-kaleng dan scamadviser | Dokumen diambil dari: qureta.com

Kelompok wartawan yang jujur dan memperjuangkan keadilan itu tidak mengharapkan apa-apa, yang penting bahwa kenyataan sebenarnya yang terjadi di desa atau di kota tertentu bisa segera dibuka ke publik untuk dilihat semua orang.

Kategori wartawan dan media online seperti itu tanpa punya penghargaan, bahkan sering pula ditolak dan menjadi sasaran bully wartawan lainnya yang sudah makan uang dari penguasa dan kepentingan proyek-proyek lainnya.

Pendidikan nilai dan hati nurani, yang tidak boleh disepelekan

Melihat kenyataan bencana kebanjiran informasi yang tidak benar itu, saya akhirnya bertanya diri: Apa yang saat ini penting dimiliki agar sebagian besar orang yang aktif di media sosial ini bisa menyadari betapa pentingnya informasi yang benar.

Terlihat bahwa Undang-Undang IT juga tidak mempan mengatasi itu. Bagaimana bisa meredam banjir itu kalau setiap hari lebih dari setengah penduduk Indonesia aktif di media sosial? 

Undang-Undang IT tentu tidak mungkin bisa meredam itu semua, karena berapa banyak yang peduli dengan hal itu. Kayaknya cuma sedikit atau hanya mereka yang berada di kota-kota besar. Selanjutnya bagaimana dengan yang lainnya?

Oleh karena itu, solusi yang penting memang perlu dilakukan juga melalui jalur pendidikan. Kampanye tentang pentingnya nilai-nilai baik dan hati nurani dalam menggunakan media sosial, entah itu sebagai wartawan atau pegiat lainnya, sungguh sangat penting.

Ya, etika media sangat penting dipelajari oleh semua orang. Pendidikan nilai dan pendidikan hati nurani untuk generasi muda bisa disiapkan sejak dini. 

Idealnya bahwa pada setiap jenjang pendidikan formal di Indonesia, sebisanya sudah menyentuh soal tanggung jawab dalam kaitannya dengan penggunaan media sosial.

Peran penting pegiat media online

Saya percaya bahwa solusi apapun yang dilakukan pemerintah tetap saja tidak cukup untuk mengubah keadaan kebanjiran informasi sesat itu secara cepat tanpa peran dari pegiat media itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun